Makin Banyak Anak Muda di Jabar Penderita Kanker Payudara

Bandung, IDN Times - Kasus kanker payudara saat ini menjadi yang terbanyak di Indonesia dibandingkan penyakit kanker lainnya. Yang menjadi perhatian sekarang adalah makin banyak anak muda yang sudah terkena kanker payudara di mana biasanya kasus ini terjadi pada masyarakat di atas umur 45 tahun.
Staf Divisi Bedah Onkologi Rumah Sakit Hasan Sadikini, dr. Dodi Lintong Hartoni Lumban Gaol Sp.B Subsp.Onk (K) FICS, FInaCS mengatakan bahwa penderita kanker payudara di Jawa Barat angkanya terus naik setiap bulan dalam setahun terakhir.
Data RSHS untuk kunjungan kemoterapi pada Juli mencapai 708, Agustus 775, dan September 779. Sementara kunjungan yang didiagnosis kanker payudara pada Juli mencapai 334, Agustus 323, dan September 315.
"Artinya sekarang 50 persen dari jumlah pasien yang kanker di RSHS adalah kanker payudara," kata Dodi kepada IDN Times, Jumat (11/10/2024).
Dulu, penderita kanker payudara lebih banyak dari umur 45 tahun e atas khususnya mereka yang masuk masa menopause. Namun sekarang jumlah anak muda penderita kanker ini justru naik. Di RSHS misalnya, Dodi pernah menangani kasus remaja 18 tahun dan 21 tahun yang sudah menderita kanker payudara.
"Jadi memang ada pergeseran usia ini sudah semakin muda. Dulu awal 1990-an wanita di atas 50 tahun, sekarang yang kena di bawah 30 tahun sudah banyak," paparnya.
1. Sangat jarang seseorang lakukan deteksi dini

Menurutnya, banyak hal yang bisa menyebabkan perempuan maupun laki-laki jadi penderita kanker payudara. Pola makan, gaya hidup, hingga gen ikut serta menjadi penyebab penyakit ini diderita seseorang.
Yang jadi persoalan sekarang adalah anak muda pun sangat sedikit sekali yang melakukan deteksi dini mengenai kondisi tubuh termasuk memastikan apakah ada kemungkinan menjadi penderita kanker atau tidak. Alhasil mereka mengetahui sudah menderita kanker payudara ketika masuk stadium 3 atau merasa ada benjolan di payudaranya.
Ketika masuk fase ini, kondisinya kemudian lebih kompleks dan lebih buruk untuk ditangani. Sehingga, seharusnya masyarakat bisa lebih perhatian pada kondisi badannya dengan rutin melakukan pengecekan termasuk dorongan dari pemerintah daerah (pemda) agar warganya sadar akan kesehatan.
"Kalau periksa badan sendiri juga susah dicek ketika benjolannya masih kecil tidak akan bisa dipegang (terasa) oleh tangan, harus periksa USG," ungkap Dodi.
2. Penderita kanker tidak bisa sembuh total

Dengan deteksi sedini mungkin, lanjut Dodi, seorang penderita kanker bisa melakukan langkah untuk meminimalisir penyakit tersebut memperparah hidupnya. Sebab, kanker yang ada di payudara bisa menjalar ke berbagai tempat mulai dari tulang, organ dalam, hingga otak.
Hal yang paling memungkinkan ketika seseorang diketahui menderita kanker adalah dengan mengontrolnya, bukan menyembuhkannya secara total. Dalam ilmu kedokteran secara global tidak ada yang menyebut penderita kanker bisa sembuh, tapi lebih pada angka harapan hidup atau survival rate.
Ada beberapa kemungkinan di mana ketika seseorang masih di stadium 0 dan 1 ini angka harapan hidupnya mencapai 90 persen. Saat sudah masuk stadium 2 ini di angka 70 persen dan ketika masuk stadium 4 hanya mencapai 10-20 persen.
"Penyakit kanker ini namanya dorman, ketika kita sudah memberikan terapi paling optimal yang bisa kita lakukan. Jadi dia bisa muncul lagi di mana saja, nah ini yang harus dikontrol," ungkap Dodi.
Ketika seseorang sudah dianggap 'sembuh' dari kanker, mereka tetap harus melakukan kontrol minimal tiga bulan sekali dalam satu tahun pertama. Kemudian kontrol enam bulan sekali, 1 tahun sekali, sampai lima tahun sekali tergantung kondisi kesehatannya, karena tidak ada yang tahu kapan kanker itu muncul kembali.
Maka, untuk mengantisipasi kondisi kanker pada seseorang, deteksi dini sudah menjadi jalan terbaik. Yang paling memungkinkan untuk perempuan ketika enggak deteksi dini ke dokter, mereka bisa melakukan pengecekan sendiri merasakan apakah di payudaranya ada benjolan atau tidak.
3. Kenali payudara sendiri untuk hindari kanker

Dodi pun mengajak perempuan dan laki-laki untuk mengenali payudaranya sendiri. Jangan sampai ketika sudah ada benjolan atau tanda-tanda lainnya yang mengarah pada kanker payudara tidak dikenali.
Jika memang ingin lebih pasti meminimalisir kanker, bisa melakukan pengecekan gen, karena penyakit ini juga bisa disebabkan dari keturunan. Misalnya, ketika kakek, ibu, tante atau saudara memiliki kanker maka ada kemungkinan seseorang bisa menjadi penderita kanker.
Untuk masyarakat pun diharap tidak percaya dengan berbagai informasi hoaks yang tersebar terkait kanker payudara. Masih banyak narasi tidak jelas terkait penyebab kanker payudara mulai dari penggunaan bra yang salah sampai pemakaian deodorant.
"Maka edukasi tentang kanker payudara ini sangat penting dilakukan," ujar Dodi.