Kampanye Stop Bullying di Kota Batu. (Dok. Humas Pemkot Batu)
Lanjut Rizki, sekolah baru menerima laporan dugaan bullying setelah korban mengalami sakit. Saat itu pada 8 Mei 2024 diadakan pagelaran seni dan korban izin pulang dikarenakan sakit. Kemudian pada 12 Mei 2024 barulah sekolah menerima laporan dari orangtua siswa.
Kemudian sekolah menggali informasi terkait kegiatan pagelaran seni kepada wali kelas, guru dan siswa lainnya. Hasilnya, ungkap Rizki, sekolah tidak mendapati adanya interaksi korban dan temannya yang disebut melakukan dugaan perundungan.
"Dalam seremonial kelas XII hadir kedua orangtua, siswa N (korban) dan A. Kami melakukan upaya mediasi dengan mempertemukan kedua orangtua, dan dalam kondisi emosi sehingga tidak dilanjutkan," tuturnya.
Sekolah terus mendalami informasi terkait dugaan aksi bullying itu dengan menggali keterangan dari siswa, guru, dan wali kelas. "Hasil wawancara disimpulkan tidak ada kekerasan fisik antara siswa A dan N (korban)," ucapnya.
Kemudian sekolah melakukan kunjungan ke rumah korban dan terduga pelakunya. Bahkan, Rizki mengatakan sekolah sudah membawa siswa yang disebut melakukan bullying dan kedua orangtuanya.
Dia mengklaim saat itu ada kesepakatan damai secara lisan dan korban tidak ingin memperperpanjang masalah tersebut.
"Siswa N menyatakan tidak ingin memperpanjang, kedua orangtua alhamdulillah hadir dan berdamai secara lisan, kedua orangtua saling berpelukan dan saling meminta maaf. Pada 30 Mei kami dapat kabar dari orangtua bahwa siswa N meninggal dunia, kami berkunjung ke rumah duka," kata Rizki.