Bandung, IDN Times - Dalam beberapa tahun terakhir, perekonomian Indonesia menghadapi berbagai tantangan signifikan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada awal tahun 2025 tercatat hampir 14 ribu pekerja formal kehilangan pekerjaan akibat penurunan di sektor manufaktur. Selain itu, tren Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang mulai meningkat sejak akhir 2024 diperkirakan akan terus berlanjut, diperburuk oleh menurunnya daya beli masyarakat dan ketidakpastian global.
Namun, di tengah tekanan ini, sektor ekonomi kreatif dan teknologi justru menunjukkan pertumbuhan positif. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mencatat bahwa hingga triwulan I 2024, nilai tambah ekonomi kreatif telah mencapai
55,65 persen dari target tahunan. Bahkan, laporan e-Conomy SEA 2024 oleh Google, Temasek, dan Bain & Company menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi digital Indonesia mencapai 13 persen secara tahunan, menjadikan Indonesia sebagai pasar ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara.
Catatan ini memperlihatkan bahwa sumber daya manusia (SDM) khususnya lulusan perguruan tinggi dituntut untuk lebih kreatif dalam berbagai hal khususnya yang berkait dengan teknologi. Direktur Kampus Binus Bandung Johan Muliadi Kerta mengatakan, kesiapan mahasiswa di dunia kerja harus dilakukan lebih cepat ketika mereka masih berhasrat mencari ilmu.
"Mahasiswa harus dibekali dengan berbagai kebutuhan di masa depan termasuk dengan AI (Artificial Intelligence). Makanya kami di semua program pendidikan memberikan pengenalan ini agar mereka bisa memanfaatkannya, bukan sebagai pengganti, sehingga ikut bersaing dengan lulusan dari manapun," kata Johan dalam diskusi di Kampus Binus Bandung, Kamis (24/4/2025).