Gina Mardiana yang sekarang menjabat Sekretaris DPD PSI Kota Bandung juga punya cara unik dalam menggaet suara anak muda. Salah satunya dengan menggelar kompetisi game online termasuk playstation (PS).
Setiap peserta yang ikut harus membawa sebuah telur mentah, di mana nantinya pemenang dalam kompetisi ini tidak akan mengambil semua telur tersebut, tapi menyumbangkannya pada keluarga membutuhkan sebagai upaya mengentaskan persoalan stunting di Kota Bandung.
"Hasil kompetisi ini dibawa ke Posyandu untuk dijadikan bantuan pengentasan stunting. Ini jadi program upaya anak muda untuk kesehatan bayi dan ibunya," kata Gina ketika berbincang dengan IDN Times, Jumat (22/9/2023).
Wanita 29 tahun ini menyebutkan, tahun depan merupakan kali kedua dia maju dalam pemilihan umum. Lima tahun lalu Gina maju dari PSI untuk perebutan kursi di DPRD Kota Bandung, tapi gagal lolos. Meski demikian hal itu tak membuatnya urung hati. Gina justru mencoba peruntungannya kembali dengan program yang lebih matang.
"Sebagai perempuan saya fokus pada perempuan juga, anak kecil, dan Gen Z. Tiga program ini yang kita perjuangkan agar mereka mendapat apa yang dbutuhkan," papar Gina.
Maju di daerah pemilihan (dapil) 3 Kota Bandung, yaitu Kecamatan Ujung Berung, Cibiru, Arcamanik, Mandalajati, dan Antapani, Gina merasa bahwa dapil ini cukup berat dengan banyak saingan anggota legislatif sebelumnya.
Untuk mencari suara anak muda, Gina pun sekarang membentuk tim dari kalangan Gen-Z berangotakan tujuh orang. Dari ketujuh orang ini terdapat kegiatan yang kemudian bersentuhan langsung dengan anak muda lainnya.
"Kita tidak ingin ada politik uang, itu ga bagus. Makanya kita lebih banyak berkegiatan pada program yang memang dirasakan langsung oleh masyarakat," kata dia.
Sementara itu, Bacaleg dari Nusa Tenggata Barat (NTB), Faisal Haris akan menargetkan 2.500 suara pemilih dari 23 desa di Kecamatan Kopang dan Janapria, Lombok Tengah. Dirinya optimistis bisa duduk di parlemen pada 2024, mendatang dengan terus blusukan mendatangi masyarakat di dapil 2 Kopang-Janapria.
Kegiatan ini dilakukan Faisal mengingat dirinya tidak memiliki cukup uang untuk melakukan bagi-bagi logistik kepada pemilihnya. Anak muda asal Kecamatan Kopang mantap memutuskan maju dalam Pileg 2024 karena memiliki jejaring sosial kuat di masyarakat.
"Jadi tidak ada secara kalkulasi berapa jumlahnya terkait modal yang saya siapkan. Saya ini maju dengan modal jejaring sosial. Ketika kita datangi warga ke rumahnya, mereka sangat senang. Warga merasa ada kebanggaan ketika kita langsung mengunjungi dia ketimbang kita yang undang mereka," kata Faisal saat berbincang dengan IDN Times di Mataram, Jumat (22/9/2023) malam.
Dengan menyapa masyarakat secara door to door, Faisal juga mengaku, terus memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai bahaya politik uang. Karena setiap perhelatan pesta demokrasi, masih diwarnai money politics.
"Karena saya berlatarbelakang orang yang berorganisasi saya mencoba melakukan edukasi kepada masyarakat. Mungkin kita tak bisa mengubah 100 persen tapi 50 persen. Kita kasih pemahaman tentang bahaya politik uang," terang Faisal.
Sama dengan bacaleg lain, Faisal yang merupakan kader dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) juga menggunakan media sosial untuk menyoaialisasikan diri ke masyarakat. Dia membagikan nama akun Facebook, Semeton Faisal, Sahabat Faisal dan Relawan Faisal kepada masyarakat untuk bisa lebih dikenal.
Di Kalimantan, banyak caleg dari kalangan millennial dan Gen-Z yang mampu membuktikan maju dalam Pileg 2024. Seperti bacaleg dari Banjarmasin Kalimantan Selatan (Kalsel) ini. Mereka tetap maju di Pileg 2024 untuk memperjuangkan hak masyarakat meskipun dengan modal seadanya.
Caleg Partai Demokrat, M Syahreza (33) tidak menampik jika biaya politik untuk maju sebagai bacaleg tidak sedikit. Setidaknya biaya promosi akan tetap diperlukan untuk mengenalkan diri kepada calon pemilih. Dirinya bahkan merasa minder jika melihat kondisi keuangan untuk ongkos politik.
Namun, kondisi itu tidak membuat bacaleg dari Dapil Banjarmasin Utara ini patah semangat. Syahreza terus memperjuangkan suara masyarakat setelah mendapatkan dukungan dan bantuan dari rekan dan kerabat dekatnya. Dia mengaku terbantu setelah teman dan kerabat memberikan bantuan untuk membuatkan alat peraga.
"Saya tak menampik bahwa caleg perlu modal, tapi saya beruntung banyak teman yang mendukung seperti membuatkan spanduk, poster dan bahkan baliho. Karena dukungan itu saya semakin semangat untuk maju membangun kota Banjarmasin," katanya.
Caleg DPRD Kalimantan Selata, Endani dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sepertinya tidak peduli berapa besar biaya politik yang harus dikeluarkan jelang Pileg 2024. Menurut dia, biaya berpolitik itu mau tidak mau harus dikeluarkan. Namun, berapa besar ongkos politik yang diperlukan tentu bagaimana cara mengatasinya.
Sebab, kata dia, untuk sekali melakukan kunjungan ke masyarakat perlu merogoh isi kantong yang jumlahnya tentu tak sedikit. Misalnya, setiap mengumpulkan warga paling sedikit Rp15 ribu per orangnya untuk konsumsi. Itu dikalikan jumlah berapa yang hadir.
"Artinya, mau tidak mau kita harus mengeluarkan dana. Hanya saja tergantung cara kita, kalau kita sampaikan bahwa biaya berpolitik itu variasi," katanya.
Namun, bacaleg berusia 35 tahun dari dapil Dapil Banjarmasin ini mengatakan, perjuangannya untuk tetap maju dan terpilih menjadi wakil rakyat perlu mendapatkan dukungan dari masyarakat khususnya millennial dan Gen-Z. Sebab, sudah saatnya suara millennials adalah suara yang harus terwakilkan di parlemen nanti.
Karena itu, dia akan terus memberikan edukasi kepada calon pemilih terutama anak muda untuk ikut terlibat langsung dalam kebijakan parlemen DPRD Kalsel.
"Bagaimana suara kita bisa langsung didengar, dengan masuk di parlemen maka buah pemikiran dari yang muda bisa langsung tersampaikan. Karena kita sudah terlibat di dalamnya, ini dorongan kami," katanya.