Bandung, IDN Times - Tunjangan bagi anggota DPR yang memperdalam jurang sosial di Indonesia, diperparah dengan meninggalnya pengemudi ojek online (ojol) yang dilindas kendaraan taktis Brimob di tengah aksi unjuk rasa di Jakarta, menggetarkan hati masyarakat di seluruh Indonesia. Rentetan kejadian itu berubah menjadi gelombang kemarahan yang luas, mendesak masyarakat Indonesia untuk terus menyampaikan protes terkait kondisi sosial politik yang tak karuan ini.
Berbagai macam protes dan bentuk penyampaiannya, berkembang dalam sepekan terakhir seperti kobar amarah yang tidak dapat dibendung. Protes tidak hanya bisa disampaikan lewat teriakan unjuk rasa, juga poster-poster yang dibawa para demonstran. Lebih daripada itu, sebanyak 21 local brand asal Bandung baru-baru ini melancarkan aksi mereka dengan cara yang unik–mempertebal kepulan asap protes dengan harapan dapat didengar oleh pemerintah dan dewan perwakilan rakyat.
Mereka berunding, bekerja sama, dan akhirnya merilis artikel anyar yang dibikin secara spontan. Artikel tersebut berupa t-shirt dengan kalimat protes di bagian depan, bertuliskan “Voices Against Opression” atau jika diterjemahkan ialah “Suara Melawan Penindasan”.
Aksi penindasan oleh aparat, faktanya memang tidak hanya tampak di layar televisi atau media sosial saja. Di Bandung, tempat di mana 21 local brand itu berkarya dan berniaga, baru saja terjadi kekerasan aparat di area kampus Unisba dan Unpas. Ketika itu, pada Senin (1/9/2025) malam hingga Selasa (2/9/2025) dini hari, polisi terlibat bentrokan dengan masyarakat dan mahasiswa.
Dalam peristiwa itu, salah satu mahasiswa Unisba bersaksi bahwa polisi tak segan untuk menembakkan gas air mata juga melindas mahasiswa dengan sepeda motor hingga terluka. Polisi menjelaskan bahwa gas air mata yang masuk ke area kampus terbawa oleh angin–sebuah alasan yang tak bisa diterima begitu saja oleh mahasiswa sebagai kaum intelektual.
Menteri Hak Asasi Manusia (HAM) Natalius Pigai yang mengunjungi kampus beberapa hari setelah kejadian, tak seperti datang untuk mencari jalan keluar. Ia seakan tak menitik-beratkan kunjungannya untuk mengkaji berbagai pelanggaran HAM yang terjadi.
"Kalau itu topik lain lagi," kata Pigai, sambil berjalan menghindari wartawan yang bertanya terkait potensi pelanggaran HAM oleh aparat di Unisba, Kamis (4/9/2025).
Pelbagai peristiwa protes sekaligus kekerasan aparat yang tampak di depan mata masyarakat sepekan terakhir, dan pemerintah juga DPR yang tak memberikan respons sesuai harapan masyarakat, bikin 21 local brand Bandung meradang.
Mereka meluncurkan aksi, berteriak protes lewat produk kolaborasi, seraya berharap adanya perubahan dari situasi politik saat ini.