Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Siswi Cianjur jalani tes kehamilan (IDN Times/Istimewa)

Kabupaten Cianjur, IDN Times - Cianjur diguncang kontroversi setelah kabar tentang tes kehamilan massal yang dilakukan terhadap sejumlah siswi di salah satu sekolah menengah tersebar luas. Kebijakan tersebut menuai kecaman dari berbagai pihak, termasuk aktivis hak anak dan orangtua siswa, yang menilai tindakan ini melanggar privasi dan hak asasi siswi.

Peristiwa itu terjadi di SMA Sulthan Baruna, Desa Padaluyu, Kecamatan Cikadu, Kabupaten Cianjur. Sepotong video pun tersebar. saat para siswi mengantre tes urine untuk tes kehamilan dan viral di media sosial.

1. Bermula dari kasus kehamilan siswi

Ilustrasi hamil (Pexels/RDNE Stock Project)

Kepala SMA Sulthan Baruna Sarman mengatakan, tes kehamilan itu merupakan program tahunan yang sudah berjalan sejak dua tahun lalu. Program itu dilaksanakan setiap selesai libur semester atau pada tahun ajaran baru.

Bukan tanpa alasan, tes itu terpaksa dilakukan karena pada tiga tahun lalu seorang siswi di sekolah tersebut dinyatakan hamil. Oleh sebab itu, kata dia, program ini dilakukan untuk menghindari kejadian serupa.

"Makanya kami lakukan tes ini untuk memastikan para siswi terhindar dari pergaulan bebas. Selain itu juga kami rutin gelar siraman rohani agar iman mereka kuat," kata Sarman.

Sekolah mengakui, program ini akan menimbulkan pro dan kontra. Meski demikian, ia berdalih program tersebut sebatas untuk mencegah siswi dan siswanya terjerumus dalam pergaulan bebas.

2. Sorotan tajam dari KPAI dan aktivis

ilustrasi anak muda yang sedang belajar (pexels.com/Yan Krukau)

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyoroti tes kehamilan itu. Tindakan tersebut dinilai diskriminatif atau menjadikan perempuan sebagai objek.

"Prihatin dengan tindakan tersebut, sebab menempatkan anak perempuan sebagai objek seksual. Harusnya edukasi bagaimana mencegah, bukan melakukan tes kehamilan. Karena fokusnya malah menjadi ke perempuan, sehingga memengaruhi psikologinya. Meskipun tujuannya baik, implementasinya menjadi lain," kata Komisioner KPAI Ai Maryati.

Dia mengatakan, laki-laki pun memiliki peran sebagai penyebab. Oleh karena itu, langkah tes kehamilan ataupun ekstremnya tes keperawanan dinilai tidak tepat.

"Tanggung jawab itu harusnya menyeluruh. Tapi kebijakan ini menempatkan sebab dan akibat pada perempuan. Sementara peran laki-laki terabaikan," kata dia.

Aktivis Perempuan Cianjur Lidya Umar juga menyayangkan kebijakan sekolah terkait tes kehamilan. Dia menilai, program tersebut dapat berdampak pada psikologi anak.

"Ya sangat disayangkan, harusnya cenderung ke pembinaan bukan sampai ke arah tes. Karena itu ranah privasi yang harusnya dilindungi. Dampaknya ke psikologi anak," ucap Lidya.

3. Bupati angkat bicara

Siswi Cianjur jalani tes kehamilan (IDN Times/Istimewa)

Bupati Cianjur Herman Suherman ikut bersuara terkait tes kehamilan para siswi. Ia memandang bahwa kebijakan itu untuk mencegah kenakalan remaja.

"Tidak perlu takut kalau memang tidak melakukan kenakalan remaja apalagi sampai hamil. Jalani saja tesnya. Mungkin tujuannya agar ada efek jera, sehingga tidak melakukan kenakalan remaja apapun, terlebih pergaulan bebas," kata Herman.

Namun, Herman juga mengingatkan sekolah untuk mengutamakan pendidikan karakter dan siraman rohani sebelum menjalankan program tersebut.

"Memang seharusnya sebelum melakukan tindakan itu, lebih ke edukasi dulu, kemudian perbanyak pendidikan karakter dan agama. Kalau tidak mempan, baru melakukan tindakan tersebut," ucapnya.

Editorial Team