Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_20250925_134054.jpg
Keracunan MBG di Kabupaten Bandung Barat (IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Intinya sih...

  • Pemerintah Kabupaten Bandung Barat menerapkan status KLB keracunan MBG

  • Hanya tiga dari 85 dapur SPPG yang ditutup sementara akibat dugaan penyebab keracunan

  • Total korban keracunan MBG mencapai 1.333 orang, terdiri dari murid dan guru PAUD-SMK

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times - Pemerintah Kabupaten Bandung Barat menerapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG). Meski begitu, bukan berarti semua dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) ditutup sementara.

Bupati Bandung Barat, Jeje Ritchie Ismail mengatakan, SPPG yang ditutup sementara hanya yang diduga jadi penyebab keracunan. Sementara, yang lainnya tetap beroperasi seperti biasanya.

Adapun total SPPG di Kabupaten Bandung Barat berjumlah 85 dapur.

"Saya tidak menutup 85 dapur. Jadi yang ditutup hanya tiga dapur saja, itu pun yang terindikasi masalah. Jadi jangan sampai satu atau dua kasus jadi berpengaruh terhadap dapur-dapur yang sudah bekerja dengan baik, itu saja, karena pada dasarnya programnya (MBG) sangat baik," kata Jeje, di Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Kamis (25/9/2025).

Tiga dapur yang ditutup ini berada di Kecamatan Cipongkor dua dapur dan satu lainnya ada di Kecamatan Cihampelas. "Kalau di KBB 80 dapur sekian. (Bakal tetap beroperasi yang 80 dapur sekian) iya, sambil evaluasi berjalan, (walau statusnya KLB) iya. Hanya tiga (yang ditutup)," katanya.

Untuk diketahui, kasus keracunan MBG di Kabupaten Bandung Barat terjadi sejak Senin (22/9/2025). Jumlah total korban sementara hingga Kamis siang, atau tiga hari kemudian, mencapai 1.333 orang terdiri dari murid PAUD-SMK sederajat dan juga guru.

Informasi mengenai data masih terus berubah, karena hingga malam 19:00 WIB korban masih terus berdatangan di posko penanganan keracunan MBG di Kantor Kecamatan Cipongkor.

Editorial Team