Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20251023-WA0048.jpg
(Istimewa)

Intinya sih...

  • Penyintas Autoimun di Bandung menggelar event Jazz Night: A Tribute to Autoimmune Survivors in Indonesia

  • Event tersebut merupakan bentuk ekspresi dan penghormatan terhadap penyintas Autoimun, serta bagian dari Bulan Peduli Autoimun Nasional

  • Prevalensi lupus di Indonesia mencapai 0,5–1,7 persen populasi, dengan mayoritas penderita adalah wanita usia produktif (15–45 tahun)

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times - Penyintas Autoimun di Kota Bandung turut mengekspresikan diri melalui event bertajuk Jazz Night: A Tribute to Autoimmune Survivors in Indonesia di LOT 69 eRKa, Bandung, Rabu (22/10/2025) malam.

Gelaran yang diinisiasi oleh Marisza Cardoba Foundation (MCF) itu selain bentuk ekspresi juga sebagai penghormatan terhadap penyintas Autoimun. Gelaran ini turut menampilkan kolaborasi istimewa dari The Jazz Traveller yang diisi Musisi Rio Sidik (trumpet), Rudy Zulkarnain (bass), Agam Hamzah (gitar), Nadine (piano), dan Shayna (vokal).

1. Digelar sebagai peringatan bulan peduli autoimun

(Istimewa)

Pendiri MCF dan Autoimun.id, Marisza Cardoba menjelaskan, acara ini salah satu kegiatan yang merupakan rangkaian dari Bulan Peduli Autoimun Nasional yang jatuh pada bulan September. Penyakit autoimun sendiri merupakan kondisi ketika sistem kekebalan tubuh keliru menyerang sel dan jaringan tubuh sendiri.

Hingga kini, telah teridentifikasi lebih dari 80 jenis penyakit autoimun, di antaranya lupus (Systemic Lupus Erythematosus), rheumatoid arthritis, psoriasis, dan scleroderma.

Prevalensi lupus di Indonesia diperkirakan mencapai 0,5–1,7 persen populasi, atau lebih dari 1,3 juta orang, dengan mayoritas penderita adalah wanita usia produktif (15–45 tahun).

2. Menggaungkan edukasi autoimun

(Istimewa)

Secara umum, penyakit autoimun diperkirakan menyerang 5–10 persen populasi Indonesia, setara dengan 12–25 juta orang. Setelah pandemi COVID-19, beberapa penelitian juga menunjukkan peningkatan kasus autoimun di berbagai daerah.

Marisza mengaku ingin terus memberikan dukungan bagi para penyintas autoimun di Indonesia, sekaligus mengedukasi masyarakat tentang pentingnya memahami penyakit autoimun, kondisi yang sering kali masih disalahartikan dan butuh mendapat perhatian publik.

"Pesan inti dari kegiatan ini adalah kami ingin lebih menggaungkan lagi perihal autoimun supaya masyarakat di seluruh Indonesia sadar bahwa autoimun itu ada di sekeliling kita, tidak perlu ditakuti, tapi juga tidak bisa dianggap sepele," katanya.

3. Penyintas autoimun 90 persen perempuan

(Istimewa)

Di Amerika Serikat, kata Marisza, autoimun diumumkan sebagai peringkat ketiga penyakit mematikan yang menyerang 15,5 persen dari total penduduknya. Berdasarkan hal itu, masyarakat Indonesia juga perlu waspada karena autoimun sendiri telah menjadi epidemi di berbagai belahan dunia.

"Kami berharap dengan semakin berkembangnya kesadaran masyarakat tentang autoimun. Banyak dari penyintas autoimun sekitar 90 persen adalah perempuan usia produktif yang kehilangan waktu produktifnya," ucap dia.

"Saya seorang penyintas juga yang dulu hanya bisa aktif selama empat sampai lima jam saja. Tapi dengan kesempatan dan dukungan yang diberikan, juga menjalani pengobatan medis yang intens, ditambah perubahan perilaku, pola hidup sehat, dan pola makan sehat, saya masih bisa bertahan," kata Marisza.

"Alhamdulillah saya sudah remisi. Remisi itu adalah kondisi di mana tubuh seorang penyintas autoimun bisa bertahan tanpa obat-obatan, tapi tentunya setelah menjalani rangkaian pola hidup sehat yang intens," ujarnya.

Di tempat yang sama, Wali Kota Bandung, M. Farhan, menyambut baik inisiatif edukasi yang menggabungkan unsur seni. Ia memastikan pemerintah akan memberikan dukungan komunitas yang fokus memberikan edukasi.

"Saya senang karena saya saya pikir ini tempat jazz club baru, ternyata di sini orang-orang di sini orang yang peduli dan fokus mengedukasi serta mensosialisasikan tentang autoimun. Saya berbahagia," kata dia.

"Kami akan memberikan support yang bersifat dorongan dan pesan bahwa kalian tidak sendiri. Kepada penyintas autoimun, yang terpenting adalah jangan pernah berhenti untuk berusaha dan mengedukasi kita, karena kita yang tidak tahu atau tidak banyak tahu. Terima kasih sudah berjuang," kata Farhan.

Editorial Team