Di Amerika Serikat, kata Marisza, autoimun diumumkan sebagai peringkat ketiga penyakit mematikan yang menyerang 15,5 persen dari total penduduknya. Berdasarkan hal itu, masyarakat Indonesia juga perlu waspada karena autoimun sendiri telah menjadi epidemi di berbagai belahan dunia.
"Kami berharap dengan semakin berkembangnya kesadaran masyarakat tentang autoimun. Banyak dari penyintas autoimun sekitar 90 persen adalah perempuan usia produktif yang kehilangan waktu produktifnya," ucap dia.
"Saya seorang penyintas juga yang dulu hanya bisa aktif selama empat sampai lima jam saja. Tapi dengan kesempatan dan dukungan yang diberikan, juga menjalani pengobatan medis yang intens, ditambah perubahan perilaku, pola hidup sehat, dan pola makan sehat, saya masih bisa bertahan," kata Marisza.
"Alhamdulillah saya sudah remisi. Remisi itu adalah kondisi di mana tubuh seorang penyintas autoimun bisa bertahan tanpa obat-obatan, tapi tentunya setelah menjalani rangkaian pola hidup sehat yang intens," ujarnya.
Di tempat yang sama, Wali Kota Bandung, M. Farhan, menyambut baik inisiatif edukasi yang menggabungkan unsur seni. Ia memastikan pemerintah akan memberikan dukungan komunitas yang fokus memberikan edukasi.
"Saya senang karena saya saya pikir ini tempat jazz club baru, ternyata di sini orang-orang di sini orang yang peduli dan fokus mengedukasi serta mensosialisasikan tentang autoimun. Saya berbahagia," kata dia.
"Kami akan memberikan support yang bersifat dorongan dan pesan bahwa kalian tidak sendiri. Kepada penyintas autoimun, yang terpenting adalah jangan pernah berhenti untuk berusaha dan mengedukasi kita, karena kita yang tidak tahu atau tidak banyak tahu. Terima kasih sudah berjuang," kata Farhan.