Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi nonton konser (pexels.com/picjumbo.com)

Bandung, IDN Times - Bandung saat ini masih menjadi salah satu kiblat musik di Indonesia. Banyak musisi yang lahir di kota ini dan karyanya dikenal luas di seluruh daerah. Aliran musik para musisi atau band juga bervariasi, lirik yang mereka ciptakan pun tak sedikit yang menyinggung tentang persoalan sosial di Tanah Air.

Penulis dan Dosen Fakultas Industri Kreatif Telkom University, Idhar Resmadi mengatakan, saat ini band dengan aliran hardcore, punk, hip hop, hingga band metal di Kota Bandung cukup banyak memperhatikan mengenai masalah-masalah yang ada di negeri ini. Lirik lagu mereka pun dikemas sedemikian mungkin agar tetap masuk di telinga para penikmat musik, tanpa mengesampingkan kritik sosial tersebut.

“Mungkin liriknya tidak secara eksplisit seperti band Sukatani, tapi tetap ada isi dalam lagu yang mereka ciptakan dan mereka bawakan di setiap penampilannya yang memang menyinggung persoalan sosial,” kata Idhar kepada IDN Times, Sabtu (1/3/2025).

Lirik musik yang memperlihatkan persoalan sosial oleh musisi di kota Bandung memang bukanlah hal baru. Sejak era 90-an Bandung memang sudah dikenal sebagai kiblatnya musik metal dan aliran musik lain yang banyak Menyinggung masalah ini. Tak sedikit pula musisi yang lagunya harus diturunkan atau tidak boleh diperdengarkan lagi karena dianggap menyinggung atau bisa menimbulkan sentimen negatif pada pemerintah.

Salah satu band yang cukup keras juga dalam setiap liriknya adalah Jeruji dan Homecide. Sementara saat ini Dongker jadi band dari Bandung yang liriknya cukup menyentil. “Cuman bedanya mereka tidak viral saja seperti Sukatani,” paparnya.

1. Tiap masa pasti tetap ada

Band punk yang tengah naik daun, Sukatani. (Instagram/sukatani.band)

Menurut Idhar, kritik pada pemerintah pasti ada setiap masanya. Maka, bukan tidak mungkin saat ini pula banyak muncul lagu-lagu yang sebenarnya mewakili ketidakpuasan masyarakat atas kinerja aparat yang seharusnya menaungi.

Namun, Cara mengkritiknya ini kembali lagi ke Bagaimana genre musik itu dibawakan oleh band tertentu atau juga kata-kata yang digunakan. Kalau musik punk memang mayoritas liriknya lebih frontal, Dan ini juga yang dilakukan oleh Sukatani ketika membuat lagu dengan judul ‘Bayar, Bayar, Bayar’.

“Jadi memang beda-beda kalau mungkin dulu karena lebih ketat pemerintahnya jadi lirik yang digunakan juga tidak secara langsung ditujukan untuk mengkritisi persoalan sosial. Bisa juga band tersebut menggunakan idiom bahasa Inggris sehingga dianggap biasa saja walaupun liriknya sebenarnya mengkritisi,” ungkap Idhar.

Meski demikian, dia meyakini bahwa saat ini masih banyak musisi yang cukup fokus untuk mengkritisi kinerja pemerintah atau persoalan sosial yang terjadi di masyarakat. Mereka juga masih sering tampil di panggung-panggung pertunjukan walaupun jumlah penontonnya tidak terlalu besar.

2. Pembungkaman sudah bukan jamannya

Editorial Team

Tonton lebih seru di