Kenapa PCR di Indonesia Tidak Gratis? Begini Respons IDI Jabar

Bandung, IDN Times - Kebijakan pemerintah pusat memberikan harga tetap pada metode reaksi berantai polimerase atau polymerase chain reaction (PCR) COVID-19 masih diperdebatkan masyarakat.
Presiden Joko "Jokowi" Widodo telah mematok harga PCR Rp450-Rp550 ribu untuk sekali tes. Pemerintah juga meminta laboratorium dapat memaksimalkan periode tunggu hasil tes swab maksimal 1x24 jam. Kebijakan itu, banyak dianggap masyarakat masih di angka tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain seperti di India.
1. Harga PCR tidak bisa disamakan atau dibandingkan

Menanggapi hal ini, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Barat (Jabar) dr Eka Muluana mengatakan, pemeriksaan PCR ini sebagai golden standar untuk diagnosa COVID-19 yang sudah direkomendasikan oleh lembaga kesehatan dunia (WHO) dan pemerintah Indonesia.
"Kenapa di India kok pemeriksaan PCR lebih murah, nah yang bisa saya sampaikan pemeriksaan PCR ini diharapkan tidak memberatkan masyarakat, kedua bahwa biaya pemeriksaan PCR India dan Indonesia tentu tidak bisa disamakan dan dibandingkan," ujar Eka saat dihubungi, Senin (16/8/2021).
2. Regen Indonesia masih mengandalkan impor

Beberapa faktor yang membuat PCR di India lebih murah dibandingkan di Indonesia yaitu soal urusan teknis. Eka mengungkapkan, ada beberapa perlengkapan alat untuk PCR di Indonesia yang belum bisa dibuat secara mandiri dibandingkan di India.
"Pakar epidemiologi mengatakan bahwa banyak faktor-faktor di India lebih murah, karena ada komponen regen dari PCR ini katakanlah kalau di India full produksi sendiri, kita masih impor, katakan seperti itu dan ini jadi perbedaan," ungkapnya.
3. Harga diberikan untuk meminimalisir kesenjangan

Soal harga yang sudah dipatok oleh pemerintah pusat, Eka mengatakan, keputusan itu tepat untuk meminimalisir terjadinya kesenjangan dalam masyarakat melakukan tes PCR. Meski begitu, menurutnya, harga yang diputuskan pemerintah masih dalam batas wajar.
"Jadi mungkin sekarang walaupun ada perbedaan harga, tapi tidak terlalu jauh bagi anggota masyarakat," ungkapnya.
4. Berharap PCR bisa gratis seperti pemerintah memberikan vaksin

Dengan kondisi sejumlah peralatan atau mesin yang masih impor, Eka mengatakan, pada akhirnya masyarakat harus tetap mengeluarkan uang untuk melakukan tes PCR. Namun, inovasi untuk menangani persoalan ini harus dilakukan.
"Ini bukan komersil, tapi bisa saja gratis namun saat ini masih belum memungkinkan, bisa saja kalau memungkinkan sama seperti vaksin (gratis)," katanya.