Sementara itu Subkoordinator Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Bandung, dr. Dewi Primasari mengatakan, pemberian makanan tambahan bagi Balita Gizi Kurang dan Ibu Hamil KEK (kurang energi kronis) dilakukan selama 60 sampai dengan 120 hari, sesuai kondisi perkembangan status gizi dari sasaran. Program ini sendiri dilakukan Kementerian Kesehatan.
Dinas Kesehatan, menurut dia tidak memberikan makanan tambahan bagi anak stunting. Namun, sasaran pemberian makanan tambahan adalah balita dengan masalah gizi kurang (indikator BB/TB atau BB/PB di bawah -2SD) sesuai petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan. Sedangkan stunting merupakan masalah gizi dengan indikator TB/U.
"Adapun distribusi pemberian makanan tambahan disesuaikan dengan sebaran sasaran balita dan ibu hamil, tersebar di kurang lebih 19 kecamatan," ucapnya.
Pemkot Bandung sendiri memiliki beberapa program untuk penanganan stunting seperti program intervensi stunting. Program itu terbagi menjadi intervensi spesifik dengan sasaran langsung pada 1000 HPK (hari pertama kehidupan) dan intervensi sensitif untuk sasaran masyarakat luas.
"Intervensi spesifik biasanya dilaksanakan oleh bidang kesehatan dan memberi kan porsi 30 persen pada keberhasilan penanganan stunting. Sedangkan intervensi sensitif dapat dilaksanakan oleh urusan lain selain bidang kesehatan dengan porsi keberhasilan sebanyak 70 persen.
Intervensi spesifik yang dilakukan Dinas Kesehatan, di antaranya, pemeriksaan ibu hamil, pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil dan remaja putri, IMD dan ASI-Eksklusif, MP-ASI (makanan pendamping ASI).
"Selain itu, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita, pemberian MT bagi sasaran balita dan ibu hamil bermasalah gizi, pemberian Vitamin A bagi balita, pemberian obat cacing, pemberian imunisasi dan lain sebagainya," ucapnya.
Adapun berdasarkan data saat ini, jumlah balita stunting tertinggi berada di Kecamatan Kiaracondong, Kecamatan Babakan Ciparay, dan Bojongloa Kaler. Tiga wilayah itu memiliki kasus stunting paling tinggi di Kota Bandung.
"Kalau untuk faktor penyebab stunting sangat variatif, tapi bila melihat kondisi di lapangan kebanyakan karena ketidak-tahuan keluarga dalam melakukan perawatan sasaran ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita," kata dia.