Kasus PMK di Cirebon Melonjak, 36 Sapi Terinfeksi

Cirebon, IDN Times - Kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, menunjukkan tren peningkatan yang signifikan. Hingga Rabu (15/1/2025), jumlah sapi yang terpapar PMK mencapai 36 ekor, meningkat drastis dari hanya sepuluh ekor pada pekan sebelumnya.
Data yang diperoleh hingga 14 Januari 2025 menunjukkan bahwa dari total kasus tersebut, sebanyak 36 ekor sapi masih dalam kondisi sakit, sementara dua ekor lainnya telah dinyatakan sembuh.
Penyebaran kasus ini mencakup beberapa desa, dengan jumlah terbanyak berada di Desa Gebang, Kecamatan Gebang, yang mencatat 19 ekor sapi terpapar.
Lokasi lain yang juga terdampak adalah Desa Dukuhwidara di Kecamatan Pabedilan dengan empat ekor; Desa Sukadana di Kecamatan Pabuaran dengan empat ekor; Desa Pabedilan Kidul di Kecamatan Pabedilan dengan satu ekor; Desa Pasaleman di Kecamatan Pasaleman dengan tiga ekor; serta Desa Dompyong Wetan di Kecamatan Pabedilan dengan lima ekor.
1. Upaya penanganan di lapangan
Pelaksana Tugas Kepala Bidang Kesehatan Hewan Ternak Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, Durahman mengatakan, pemerintah daerah telah melakukan sejumlah langkah untuk mengatasi lonjakan kasus ini.
Salah satu upaya utama adalah melakukan pengawasan ketat terhadap pergerakan ternak, khususnya sapi, untuk mencegah penyebaran virus PMK ke wilayah lain.
“Kami sudah menurunkan tim medis untuk melakukan penanganan di lokasi yang terdampak. Langkah-langkah seperti pemberian obat-obatan, vaksinasi, serta edukasi kepada para peternak terus kami lakukan secara intensif,” kata Durahman, Kamis (16/1/2025).
Ia menambahkan, koordinasi dengan perangkat desa serta kelompok peternak setempat juga menjadi prioritas untuk memastikan seluruh informasi terkait gejala, pencegahan, dan penanganan PMK dapat tersampaikan dengan baik.
Meski berbagai upaya telah dilakukan, Durahman mengakui sejumlah tantangan masih dihadapi dalam pengendalian kasus PMK ini. Salah satunya adalah kurangnya kesadaran sebagian peternak terhadap pentingnya tindakan pencegahan.
Beberapa peternak masih enggan melaporkan sapi yang menunjukkan gejala sakit, sehingga memperlambat upaya penanganan dini.
“Kami juga menemukan kasus di mana peternak membiarkan sapi yang terinfeksi bercampur dengan ternak lain. Ini tentu berisiko mempercepat penyebaran virus. Oleh karena itu, sosialisasi terus kami galakkan agar peternak memahami pentingnya isolasi ternak yang sakit,” kata Durahman.
Selain itu, minimnya sumber daya untuk menangani lonjakan kasus secara simultan menjadi kendala. Tim medis yang diterjunkan harus bekerja ekstra untuk menangani sapi-sapi terinfeksi, terutama di wilayah dengan populasi ternak tinggi seperti Gebang.
2. Sosialisasi dan edukasi
Dalam upaya menekan penyebaran PMK, Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon telah mengintensifkan program sosialisasi kepada peternak di wilayah terdampak. Sosialisasi ini mencakup informasi tentang gejala awal PMK, cara pencegahan, dan langkah-langkah penanganan jika ternak terinfeksi.
“PMK dapat dikenali melalui beberapa gejala seperti demam tinggi, lesi atau luka pada mulut dan kuku, serta kesulitan makan dan berjalan. Peternak diimbau untuk segera melaporkan jika menemukan gejala-gejala tersebut pada ternaknya,” ujar Durahman.
Sosialisasi dilakukan melalui berbagai metode, termasuk pertemuan langsung di desa-desa, distribusi pamflet, dan penggunaan media lokal untuk menyebarkan informasi. Peternak juga diajak untuk aktif berpartisipasi dalam program vaksinasi yang digalakkan oleh pemerintah.
Kasus PMK ini tidak hanya berdampak pada kesehatan ternak, tetapi juga memberikan tekanan pada ekonomi peternak. Ternak sapi merupakan salah satu aset utama bagi banyak peternak di Kabupaten Cirebon
Ketika sapi terinfeksi, produktivitasnya menurun, bahkan dapat menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani.
“Bagi peternak kecil, kehilangan satu ekor sapi saja sudah merupakan pukulan besar. Kami berusaha semaksimal mungkin agar penanganan ini tidak hanya fokus pada pengendalian penyakit, tetapi juga pada upaya menjaga stabilitas ekonomi peternak,” kata Durahman.
3. Harapan untuk penanganan lebih baik
Beberapa peternak terdampak berharap pemerintah memberikan dukungan tambahan, seperti bantuan obat-obatan gratis atau subsidi untuk biaya perawatan ternak yang sakit.
Durahman menekankan, pengendalian PMK membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, peternak, dan masyarakat umum. Ia berharap dengan langkah-langkah yang telah diambil, jumlah kasus PMK di Kabupaten Cirebon dapat segera menurun.
“Kami optimistis bahwa dengan kolaborasi yang baik, kasus ini bisa kami atasi. Namun, yang terpenting adalah kesadaran semua pihak untuk mematuhi protokol pencegahan dan memberikan laporan yang akurat jika menemukan kasus baru,” tuturnya.