Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
SAVE_20251201_133116.jpg
Motif batik hasil riset dari kampus Maranatha Bandung. IDN Times/Istimewa

Intinya sih...

  • Kampus Maranatha memperkenalkan tiga produk batik terbaru hasil inovasi

  • Batik Kura-Kura menggunakan algoritma komputer untuk membuat pola-pola batik

  • Produk inovasi ini dapat dimanfaatkan oleh UMKM dan menggerakkan industri lokal

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times - Universitas Maranatha Bandung memperkenalkan tiga produk batik terbaru hasil inovasi. Batik tersebut diperkenalkan pada gelaran Semesta Inovasi Maranatha di kawasan wisata kreatif Kampung Batik Cigadung belum lama ini. Ketiga produk inovatif itu adalah Batik Kura-Kura, Batik Naskah Kuno, dan Batik Bersuara.

Inovasi tersebut adalah hasil riset panjang yang menggali warisan budaya Indonesia dengan memanfaatkan sains dan teknologi (saintek) modern. Para peneliti batik di Universitas Kristen Maranatha berhasil menghidupkan batik dan budaya tradisi dengan memanfaatkan teknologi kekinian, menghasilkan produk inovatif yang autentik, unik, dan berdaya saing tinggi.

Ketua Pelaksana Resona Saintek UK Maranatha, Iwan Santosa menjelaskan bahwa inovasi yang lahir dari tangan-tangan peneliti harus dibawa keluar dari dunia kampus agar dapat dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat luas.

“Warisan tradisi masa lalu ketika dipertemukan dengan teknologi terkini, ternyata menghasilkan produk inovatif yang unik dan bernilai tinggi. Tidak saja melestarikan budaya asli Nusantara, tetapi dapat menggerakkan industri lokal,” ungkap Iwan melalui siaran pers diterima IDN Times, Senin (1/12/2025).

1. Dihasilkan dengan berbagai metode

Motif batik hasil riset dari kampus Maranatha Bandung. IDN Times/Istimewa

Ia mengatakan, kampus Maranatha tidak hanya menjadi tempat belajar saja, melainkan tempat lahirnya inovasi dari pemanfaatan saintek. Kali ini, ada tiga produk inovasi yang diperkenalkan, hasil penelitian para akademisi dan inventor lintas bidang, yakni Dr. Dra. Ariesa Pandanwangi, M.Sn. dari Fakultas Humaniora dan Industri Kreatif,  kemudian Dr. Ratnadewi, S.T., M.T. dan Agus Prijono, S.T., M.T. dari Fakultas Teknologi dan Rekayasa Cerdas.

1. Inovasi Batik Kura-Kura dari algoritma

Produk inovasi yang pertama adalah Batik Kura-Kura, yaitu proses “membatik” menggunakan algoritma komputer. Metode pemrograman yang asalnya bernama turtle graphics ini dimanfaatkan untuk membuat pola-pola batik menggunakan instruksi khusus.

Metode ini sudah berhasil digunakan untuk membuat motif-motif batik khas beberapa daerah di Indonesia, antara lain Batang, Purwakarta, Bojonegoro, hingga Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

2. Inovasi Batik Naskah Kuno Ratusan Tahun

Berikutnya, inovasi Batik Naskah Kuno. Para peneliti menggali naskah-naskah kuno yang tersimpan di keraton, museum, hingga perpustakaan, kemudian mengubah wujudnya menjadi kain batik kontemporer.

Sebagian besar naskah berasal dari ratusan tahun silam. Salah satunya adalah naskah Bujangga Manik yang ditulis di atas daun lontar, dari sekitar abad ke-15.

“Naskah-naskah kuno itu aksesnya terbatas, tidak semua orang bisa melihatnya, apalagi memahaminya. Para peneliti memanfaatkan metode saintifik alih visual untuk mentransformasi naskah kuno itu menjadi kain batik yang lebih mudah diterima masyarakat luas. Tidak saja indah, juga kaya filosofi,” papar Iwan.

3. Inovasi Batik Bersuara Dongeng Virtual

Inovasi yang ketiga adalah Batik Bersuara. Produk unik ini menggabungkan kain batik dengan teknologi audiovisual. Hasilnya, kain batik yang bisa menceritakan legenda khas daerah tidak hanya dari visualisasi motifnya saja, melainkan juga bisa “mengeluarkan” suara dongeng virtual.

2. UMKM bisa manfaatkan produk inovasi ini

Motif batik hasil riset dari kampus Maranatha Bandung. IDN Times/Istimewa

Inovasi yang diperkenalkan UK Maranatha merupakan bagian dari program Pemberdayaan Sains dan Teknologi dalam Pelestarian Budaya Asli Indonesia, didukung Direktorat Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi Kemdiktisaintek Republik Indonesia melalui Program Kampanye Tematik Sains dan Teknologi (Resona Saintek).

Seluruh inovasi tersebut mendapatkan apresiasi dari maestro batik Dr. H. Komarudin Kudiya S.IP., M.Ds., Ketua Umum Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia sekaligus pendiri Rumah Batik Komar.

Pemerintahan setempat melalui Lurah Cigadung, Muhamad Arif Kurniawan, S.I.Kom., M.Si. juga mengapresiasi upaya UK Maranatha. Ia berharap agar produk-produk inovasi itu dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan komunitas kreatif khususnya di wilayah Cigadung.

Terkait hal tersebut, Iwan dalam kesempatan tanya jawab dengan para peserta dari komunitas seni, pembatik, dan UMKM industri kreatif mengajak mereka semua untuk dapat memanfaatkan hasil inovasi Maranatha.

Ia melontarkan pertanyaan, “Kampus melakukan riset dan menghasilkan inovasi, tapi terbatas hanya sampai situ saja. Hasil inovasi itu siapa yang manfaatkan? Siapa yang menerapkannya menjadi potensi ekonomi?”

“Untuk itulah kami tawarkan produk-produk inovasi saintek ini untuk dipakai dan dikembangkan oleh bapak ibu semua selaku penggerak ekonomi, agar kita semua berkolaborasi mendapatkan manfaat kemajuan bersama,” pungkasnya.

3. Perkembangan sains dan teknologi harus dimanfaatkan

ilustrasi sains

Sebelumnya, Rektor Universitas Kristen Maranatha, Prof Frans Umbu Datta mengatakan bahwa batik adalah  warisan, tetapi saintek adalah masa depan.

“Di sinilah Universitas Kristen Maranatha memainkan peran strategis sebagai jembatan pengetahuan, menghubungkan sains dan teknologi dengan akar budaya Nusantara,” kata Prof. Frans.

Editorial Team