Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Potret KRL di Stasiun Juanda (id.pinterest.com/Iqbalrivv)
Potret KRL di Stasiun Juanda (id.pinterest.com/Iqbalrivv)

Intinya sih...

  • Transportasi umum harus terintegrasi dengan baik di Kota Bandung

  • Pemkot Bandung akan mengubah sistem trayek angkot menjadi layanan on-demand

  • Wali Kota Bandung memiliki strategi konkrit untuk mengatasi kemacetan, termasuk pembangunan lahan parkir vertikal dan peningkatan penggunaan transportasi umum

Bandung, IDN Times - Kemacetan di Kota Bandung dan sekitarnya masih menjadi sorotan usai ditetapkan sebagai nomor satu di Indonesia. Bahkan Bandung masuk dalam enam kota termacet se-dunia.

VP Corporate Secretary KAI Commuter, Joni Martinus mengatakan, untuk menurunkan angka tersebut, masyarakat diajak menggunakan transportasi umum ketimbang transportasi pribadi baik motor maupun mobil. Salah satu transportasi yang bisa dimanfaatkan di kawasan ini adalah kereta lokal.

"Kereta ini kan moda angkutan yang bisa bawa banyak penumpang di satu gerbong, sekali jalan juga banyak gerbong. Jadi sekali jalan ini bisa ribuan orang terangkut," ujar Joni dalam konferensi pers, Rabu (9/7/2025).

1. Harus bisa terintegrasi

VP Corporate Secretary KAI Commuter, Joni Martinus

Menurutnya, transportasi umum harus terintegrasi satu dengan lain. Di Kota Bandung, kereta lokal tetap harus bisa terhubung misalnya dengan angkutan kota (angkot) atau bus. Sehingga, masyarakat yang ingin berpindah-pindah tidak sulit untuk menuju tempat yang diinginkan.

Meski demikian, integrasi ini harus dikoordinasikan dengan regulator dalam hal ini Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Semua harus duduk bersama agar penggunaan transportasi umum berjalan maksimal.

"Prinispnya kita mendukung apa program pemerintah Kota Bandung sehingga kemacetan yang ada sekarang bisa diurai," paparnya.

2. Pemkot akan ubah trayek angkot efektifkan penggunaan

Angkutan kota (angkot) di Kota Bandung. Debbie Sutrisno/IDN Times

Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung tengah mendorong perubahan dalam sistem transportasi publik, khususnya angkutan kota (angkot).

Wali Kota Bandung Muhammad Farhan, menyampaikan bahwa sistem trayek yang selama ini berlaku akan ditinggalkan, dan digantikan oleh model layanan berbasis permintaan atau on-demand service.

Langkah ini merupakan respons terhadap dinamika mobilitas masyarakat urban yang terus berkembang.

Farhan menilai, sistem trayek sudah terlalu kaku dan tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang kini lebih menyukai layanan yang cepat, fleksibel, dan bisa diakses kapan saja

3. Ini langkah Walkot Farhan atasi macet di Bandung

Penumpang BRT Semarang. (Joglojateng.com)

Farhan tahu bahwa kemacetan memang menjadi salah satu masalah di kota ini. Dia pun telah menetapkan penanganan kemacetan sebagai salah satu prioritas utama dalam masa kepemimpinannya di tahun 2025 hingga 2030.

Terdapat beberapa strategi konkret telah dirancang untuk mengurai kemacetan yang menjadi masalah kronis di Kota Bandung, seperti pembangunan lahan parkir vertikal, meningkatkan penggunaan transportasi umum, hingga implementasi Bus Rapid Transit (BRT).

Untuk pembangunan lahan parkir vertikal, Farhan berencana menggandeng mitra swasta. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi parkir liar di badan jalan dan memaksimalkan penggunaan ruang.

Gedung parkir ini nantinya akan dikelola oleh juru parkir resmi, termasuk dari anggota organisasi masyarakat (ormas) yang memenuhi syarat, guna menjaga keamanan dan ketertiban.

Selain itu, fasilitas ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dan memberdayakan juru parkir melalui teknologi modern. Area parkir ini juga dirancang untuk mendukung aktivitas UMKM dan PKL dengan tingginya lalu lintas pejalan kaki di sekitarnya.

Editorial Team