Airlangga Hartarto bertemu dengan Ridwan Kamil, Minggu (15/5/2022) (IDN Times/Ilman Nafi'an)
Pakar politik dan pemerintahan Universitas Padjadjaran (Unpad), Firman Manan mengatakan, pertemuan ketua umum Partai Golkar, Airlangga Hartato dan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil di Bandung, Sabtu (5/6/2021) menujukan bahwa ada agenda khusus keduanya maju pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
Dua orang itu santer diisukan masuk dalam bursa pilpres 2024. RK dan Airlangga sudah rajin masuk dalam lembaga survei. Di sisi lain, Airlangga sendiri memiliki partai yang besar untuk mencalonkan diri menjadi presiden.
Firman mengatakan, pertemuan yang dilakukan tidak hanya bersama Airlangga seorang diri. Dalam pertemuan itu ada anggota dari Partai Golkar pusat dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Golkar Jabar.
"Saya pikir pertemuan ini dari konteks 2024, paling tidak ini memang upaya untuk membangun komunikasi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi terkait dengan kandidat-kandidat yang punya peluang untuk kemudian diusung oleh Partai Golkar di tahun 2024," kata Firman.
Sedangkan, Karim Suryadi, Pengmat Politik UPI mengatakan bahwa duet keduanya bisa jadi kekuatan besar untuk partai politik pengusung dalam Pilpres 2024. Menurutnya, dalam dunia politik semua kemungkinan bisa saja terjadi, termasuk duet antara Airlangga Hartato dan Ridwan Kamil. Ditambah, elektabilitas RK sebagai calon Wakil Presiden menguat dalam beberapa survei.
"RK sebagai gubernur dengan tingkat pemilih terbanyak (berdasarkan Pemilu 2019) ditambah raihan prestasi dan itu menjadi modal politik yang menggoda. RK juga figur yang gampang dipoles sebagai kekuatan pasar politik," ujar Karim, Selasa (17/5/2022).
Meski begitu, Karim bilang bahwa keputusan duet keduanya akan ditentukan oleh internal Partai Golkar. Selain itu, langkah ini juga masih membutuhkan dukungan parpol lain mengingat kecukupan ambang batas pencalonan.
Menurutnya, Ridwan Kamil dipastikan akan melihat berbagai aspek untuk berpasangan dalam Pilpres 2024. Selain kedekatan psikologis, yang ingin dilihat adalah koalisi yang lebih komprehensif atau masagi.
"Kalkulasi peluang sulit dilakukan sekarang, mengingat peta persaingan belum terbentuk. Yang pasti, popularitas RK yang disebut beberapa lembaga survey berada pada empat besar adalah fakta politik yang tidak bisa dibaikan," ungkapnya.