Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
2025-11-13-18-05-19-20251111_Jesie2.jpg
(Humas/ITB)

Intinya sih...

  • Jessie Manopo, perempuan Gen Z, meraih gelar Doktor Fisika ITB di usia 25 tahun 10 bulan

  • Percepatan studi Jessie berkat program PMDSU yang mengintegrasikan jenjang S2 dan S3 dalam waktu empat tahun

  • Jessie sangat produktif dengan enam research paper terpublikasi dan kini menjalani program Postdoctoral di Kyushu University, Jepang

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times - Sosok perempuan Gen Z, Jessie Manopo menjadi wisudawan Doktor (S3) fisika predikat "Summa Cumlaude" termuda dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Dia mendapatkan gelar tersebut pada usianya yang menginjak 25 tahun 10 bulan.

Jessie menjelaskan bahwa kunci utama di balik percepatan studinya adalah program PMDSU atau Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul. Program ini dirancang sebagai bypass akademik yang mengintegrasikan jenjang S2 dan S3, memungkinkan penyelesaian kedua tingkat pendidikan tersebut hanya dalam waktu empat tahun.

"Awalnya waktu S1 ada kakak tingkat yang juga lanjut S2-S3 dengan beasiswa PMDSU. Beliau diundang ke kampus untuk mengisi acara, dan setelah mendengar testimoninya saya jadi tertarik," ujarnya, dikutip dari laman resmi ITB, Kamis (13/11/2025).

1. Tertarik sains sejak bangku SMA

(Humas/ITB)

Jessie juga melihat nilai lebih dari program ini yang menyediakan kesempatan riset di luar negeri melalui program PKPI-PMDSU, di samping dorongan internal untuk berkarier di bidang riset yang memang membutuhkan kualifikasi S3, dia telah menunjukkan ketertarikan pada sains sejak SMA.

"Kalau dulu SMA suka matematika dan fisika karena seru bisa melatih cara berpikir," kenangnya.

Perjalanan akademiknya dimulai dari S1 Fisika di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), yang ia selesaikan dengan predikat cumlaude. Di sinilah minatnya semakin terasah tajam. Ia merasa dosen-dosen S1 berhasil mengajar dan membuatnya melihat fisika sebagai ilmu yang menarik untuk mempelajari alam semesta.

2. Jessie bocorkan beberapa tips bisa lulus S3 di usia muda

(Humas/ITB)

Titik baliknya terjadi di semester enam, saat ia mulai belajar Fisika Zat Padat. Dari situ, ia tertarik untuk menekuni riset di bidang ilmu material. Karena juga menyukai programming sejak SMA, Jessie menggabungkan kedua minatnya dan memilih bidang spesifik, Ilmu Material Komputasi.

Dia bahkan sudah mulai mempelajari Density Functional Theory (DFT) sejak S1, sebuah metode yang akhirnya ia tekuni hingga jenjang S3. Menjalani program S2 dan S3 secara bersamaan dalam waktu singkat tentu menuntut strategi manajemen waktu yang efektif.

"Tipsnya, habisin semua kuliah di tahun pertama supaya pada saat tahun kedua bisa mulai fokus riset," katanya.

3. Tetap punya waktu untuk refreshing

ilustrasi gedung ITB (dok. Institut Teknologi Bandung)

Strategi ini sangat terbantu oleh materi kuliah S2 di ITB, yang sebagian besar merupakan pengulangan dari materi S1. Hal ini memastikan proses adaptasinya berjalan mulus dan mempercepat kemajuannya di ITB.

Selama menjalani studi S3, ia secara konsisten bekerja di laboratorium setiap hari kerja, mulai pukul 09.00 hingga 17.00.

Setelah jam kerja, Jessie memanfaatkan waktu untuk beristirahat, memastikan keseimbangan antara studi dan kehidupan pribadi tetap terjaga. Disiplin dan etos kerja yang kuat ini membuahkan hasil riset yang luar biasa.

Sepanjang masa studinya dari S1 hingga S3, Jessie tercatat sangat produktif dengan berhasil memublikasikan enam research paper, dengan tiga sebagai penulis pertama (first-author) dan tiga sebagai co-author.

Karya-karya ilmiah bergengsi ini termasuk yang dimuat di jurnal Q1 Materials Chemistry and Physics (saat S1) dan RSC Advances (saat S2), menunjukkan kontribusi signifikan Jessie dalam bidangnya. Di balik citra akademisi yang tekun, Jessie tetap meluangkan waktu untuk hobi dan refreshing.

"Kalau weekend suka main sepedah jauh gitu, bisa 40-50 km bolak-balik," katanya.

Selain itu, ia juga hobi mendengarkan musik dan mengoleksi album. Ada satu hobi uniknya yang ternyata sangat bermanfaat untuk masa depannya, yaitu belajar bahasa Jepang karena kecintaannya pada musik Jepang.

"Ternyata cukup bermanfaat juga hobinya karena sekarang saya kerja di Jepang (postdoc)," ungkap Jessie.

Saat ini, ia sedang menjalani program Postdoctoral di Kyushu University, Jepang, melanjutkan jejak risetnya di kancah global.

Perjalanan Jessie menuju gelar doktor termuda bukanlah tanpa tantangan. Ia mengakui bahwa lulus dari ITB, terutama program S3 dilalui dengan berbagai perjuangan.

Jessie pun memberikan pesan singkat namun realistis bagi mahasiswa lain yang sedang berjuang. "Semangat saja karena S3 itu memang sulitlah," katanya.

Editorial Team