Dihubungi terpisah, Kepala Biro Komunikasi dan Humas Institut Teknologi Bandung (ITB) Naomi Haswanto mengatakan, ITB belum memutuskan skema apa yang akan dipakai pada normal baru. Saat ini ITB masih mengeksplorasi semua kemungkinan skenario dan perencanaan untuk membuka kembali kampus baik untuk kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat.
"Ini dilakukan untuk dapat mengukur sejauh mana tingkat risiko yang akan terjadi berdasarkan tingkat kesiapan sumber daya yang dimiliki oleh ITB saat ini untuk menjalankan kelaziman baru (new normal) di kampus," ujar Naomi.
Saat ini, kata dia, ITB harus mempersiapkan semua stakeholder ITB, seperti dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, dan orang tua, agar memahami normal baru. Nantinya, ITB pun akan akan memilih untuk melakukan simulasi normal baru terlebih dahulu.
"Kita akan siapkan seperti tahap simulasi penerapan protokol, kemudian tahap piloting pada kegiatan UTBK, dan pada tahap implementasi nanti di awal semester baru," ungkap Naomi.
Sebelum penerbangan normal baru, ITB saat ini telah menerapkan mode kuliah daring dan hal tersebut akan tetap menjadi pilihan pertama. Sedangkan untuk semester yang akan datang masih sedang dilakukan pengkajian.
Adapun pertanyaan-pertanyaan lain seperti kemungkinan membuka kelas untuk mahasiswa, siapa saja yang berhak masuk, apakah durasi belajar digelar secara penuh atau tidak, ITB masih melakukan kajian.
"Jadi sepertinya akan berbeda satu kelas dengan kelas lain, di satu fakultas dan fakultas lain. Kapasitas yang dihitung itulah yang nantinya akan menjadi dasar penjadwalan," tuturnya.