Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20250807-WA0001.jpg
IDN Times/Istimewa

Intinya sih...

  • PT Geo Dipa Energi dan warga Desa Sugihmukti gencar reboisasi untuk menjaga kelestarian hutan.

  • Pemasangan patok batas lokasi reboisasi dilakukan, dengan harapan kawasan lakom dapat menjadi area ekowisata.

  • Komitmen untuk menjaga ekosistem dan keseimbangan lingkungan dalam penanaman kembali yang ramah lingkungan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times - PT Geo Dipa Energi (Persero) dan masyarakat Desa Sugihmukti, Kabupaten Bandung siap menjaga kelestarian hutan dengan menggerakkan program reboisasi.

Keinginan itu muncul usai kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dan Sosialisasi rencana reboisasi Lahan Kompensasi Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) Patuha 2 di Desa Sugihmukti yang digelar beberapa waktu lalu.

Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya dalam menyusun rancangan teknis reboisasi Lahan Kompensasi IPPKH Patuha 2 melalui pendekatan kolaboratif dan berbasis pelestarian ekosistem.

FGD ini bertujuan untuk menyosialisasikan hasil observasi dan survei lapangan yang telah dilakukan di kawasan lahan kompensasi (lakom) IPPKH Patuha 2, sekaligus menjaring masukan dari para pemangku kepentingan, termasuk pemerintah desa, akademisi, serta masyarakat lokal.

1. Mulai pasang patok batas bidang tanam lokasi reboisasi

IDN Times/Istimewa

Dalam paparannya, Sari Ramadhani dari PT Geo Dipa Energi (Persero) menegaskan komitmen perusahaan terhadap pemulihan kawasan hutan. Selain itu, dia juga mengungkapkan harapan terkait manfaat untuk masyarakat Desa Sugihmukti.

“Kami berkomitmen kepada pemerintah untuk menjadikan kawasan ini kembali menjadi hutan dalam tiga tahun ke depan. Harapan kami, kawasan ini nantinya bisa menjadi hutan milik warga Sugihmukti yang memberi manfaat ekologis dan sosial, termasuk potensi menjadi kawasan ekowisata seperti bird watching, camping, dan forest walk,” kata dia.

Sebagai langkah awal sebelum reboisasi, telah dilakukan pemasangan patok batas bidang tanam (BT) di lokasi. Rencana penanaman pun akan dibagi menjadi tiga bagian, dengan pola tanam intensif 4x4 atau 4x3 meter persegi. Tanaman yang diusulkan meliputi jenis lokal seperti rasamala, puspa, sarinten, kibogor, dan caringin. Tanaman yang diusulkan tersebut merupakan jenis-jenis yang saat ini juga hidup di sekitar lakom.

2. Kawasan Lakom memiliki potensi menjadi area ekowisata

Ilustrasi ekowisata yang indah (pixabay.com/tsvetomit_lazarov_isky)

Dr. Teguh Husodo, dari Akademisi dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Padjadjaran, turut memaparkan hasil studi keanekaragaman hayati yang dilakukan di area lakom.

“Kawasan ini masih memiliki potensi keanekaragaman hayati yang tinggi, termasuk 100 lebih jenis flora dan fauna seperti kukang jawa, burung elang, serta bangkong tuli yang menjadi indikator air bersih. Kawasan lakom juga potensial untuk pengembangan ekowisata dan dapat menjadi bagian dari hutan lindung yang utuh," ujar dia.

Sementara itu, Riza, perwakilan dari Pemerintah Desa Sugihmukti, menggarisbawahi pentingnya koordinasi agar seluruh pemangku kepentingan dapat merasakan manfaat rencana reboisasi ini.

“Kami ingin kawasan ini dikelola sebaik mungkin. Tapi tentu kami juga ingin kembali kepada masyarakat, bagaimana bentuk pengelolaan yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi warga," ungkapnya.

3. Jaga ekosistem dan keseimbangan lingkungan

Ilustrasi penghijauan alam kembali atau reboisasi (pexels.com/Thirdman)

Ketua Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Sugihmukti, Oman Rohman menegaskan komitmennya terhadap penanaman kembali yang ramah lingkungan.

“Kami mendukung penuh upaya GDE menjadikan kawasan ini sebagai hutan kembali, dengan tetap memperhatikan pemanfaatan ekosistem secara bijak dan berkelanjutan," kata dia

Kegiatan juga diwarnai oleh diskusi terbuka dengan tokoh masyarakat, termasuk menyoroti pentingnya pelestarian mata air dan keseimbangan antara kepentingan lingkungan dengan kebutuhan dasar warga.

Sebagai penutup, disepakati bahwa semua masukan dari FGD ini akan dirangkum dalam dokumen Rencana Teknis (Rantek) Reboisasi. Lakom IPPKH Patuha 2 akan dikelola tanpa pembangunan fisik, hanya fokus pada pemulihan fungsi hutan lindung dan perawatannya selama tiga tahun ke depan.

Editorial Team