Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Petani saat menunjukkan lahan sawah yang terbengkalai di Sukabumi (IDN Times/Istimewa)
Petani saat menunjukkan lahan sawah yang terbengkalai di Sukabumi (IDN Times/Istimewa)

Kabupaten Sukabumi, IDN Times - Sedikitnya 50 hektare lahan pesawahan di Desa Padabeunghar, Kecamatan Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi, sudah lima tahun terakhir tidak bisa digarap. Masalah utama yang menyebabkan lahan-lahan itu terbengkalai adalah kerusakan pada saluran Irigasi Jentreng yang sebelumnya menjadi sumber air utama bagi para petani.

Irigasi yang berada di Kampung Sarimin, Kedusunan Leuwipendeuy itu rusak berat akibat banjir bandang dari Sungai Cimandiri. Air bah menghantam saluran sepanjang 500 meter hingga jebol, dan hingga kini belum ada perbaikan berarti.

1. Lahan menganggur, petani rugi hingga jutaan Rupiah

Area pesawahan yang tiba-tiba ditanami rumput liar akibat terbengkalai (IDN Times/Istimewa)

Akibat terputusnya pasokan air, banyak sawah yang ditumbuhi rumput liar karena tak bisa ditanami. Salah satu petani, Sunarto (49 tahun), mengaku hanya bisa pasrah. Ia menyebut lahannya seluas 1.600 meter persegi kini tak lagi menghasilkan seperti dulu.

"Dulu bisa panen sampai satu ton padi basah per musim. Sekarang kalau hujan baru bisa tanam, itupun seadanya. Rugi bisa sampai Rp4,5 juta per musim," kata Sunarto.

2. Warga bergerak, tapi terkendala dana

Petani saat menunjukkan lokasi irigasi yang rusak dan berdampak ke sawah (IDN Times/Istimewa)

Warga dan kelompok tani telah membentuk panitia untuk memperjuangkan pembangunan kembali irigasi. Asep Kamho, tokoh masyarakat setempat, dipercaya menjadi ketua panitia. Sayangnya, keterbatasan dana membuat gerak mereka terhambat.

"Kami butuh perhatian dari pemerintah daerah sampai pusat. Air ini vital, bukan hanya untuk sawah, tapi juga kolam ikan dan kebutuhan sehari-hari," ujar Asep.

3. Gagal panen, petani beralih ke tanaman tahan kering

Petani saat menunjukkan lahan sawah yang terbengkalai di Sukabumi (IDN Times/Istimewa)

Tak hanya berdampak pada padi, kerusakan irigasi juga membuat banyak petani beralih ke tanaman yang tidak membutuhkan banyak air, seperti jagung, kedelai, hingga ubi jalar. Namun hasilnya tetap tak sebanding dengan padi yang biasa mereka tanam tiga kali dalam setahun.

"Sekarang paling tanam sekali saat musim hujan. Kalau kemarau, lahan ditinggal begitu saja," ungkap Kepala Desa Padabeunghar, Ence Rohendi.

Pemdes Padabeunghar mengaku sudah mengajukan permohonan bantuan ke dinas terkait di tingkat kabupaten hingga provinsi. Namun karena Sungai Cimandiri berada di bawah kewenangan PSDA Provinsi Jawa Barat, proses perbaikannya terkesan mandek.

"Perkiraan anggaran untuk bangun ulang irigasi dan pelindung lahan mencapai Rp2,5 miliar. Kami sudah bentuk tim khusus, tinggal tunggu realisasi dari pemerintah," tutupnya.

Editorial Team