Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Gambar WhatsApp 2025-10-26 pukul 10.24.10_faf7d0f0.jpg
IDN Times/Istimewa

Intinya sih...

  • Ekowisata berbasis konservasi jadi model pembangunan masa depan puncakMelalui program “One Ticket One Tree”, EIGER Adventure Land menargetkan penanaman satu juta pohon, serta membangun sumur resapan dan kolam retensi untuk menjaga daya serap air di hulu DAS Ciliwung.

  • Ekonomi lokal tumbuh, masyarakat jadi bagian dari pengelolaanEIGER Adventure Land dipandang sebagai destinasi ekowisata yang memberikan dampak sosial-ekonomi signifikan. Proyek ini membuka lebih dari 400 lapangan kerja pada tahap pembangunan dan diperkirakan menyerap hingga 1.200 tenaga kerja saat operasional penuh.

  • Perlunya kepastian hukum dan tata

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bogor IDN Times IPB University menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Pengembangan Kawasan Puncak yang Berkelanjutan: Melestarikan Kawasan Puncak dan Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Regional” sebagai respons atas kondisi kawasan Puncak yang memiliki peran strategis ganda: kawasan konservasi sekaligus destinasi wisata nasional. Forum ini menghadirkan para pakar lintas disiplin, pelaku usaha, dan pemangku kebijakan untuk mencari solusi agar Puncak dapat dikelola secara berkelanjutan, selaras dengan kepentingan ekologi, sosial, serta pertumbuhan ekonomi.

Dekan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB University, Prof. Dr. Sofyan Sjaf, menegaskan bahwa kawasan Puncak bukan sekadar ruang investasi, melainkan ekosistem strategis yang menyangkut masa depan lingkungan dan masyarakat. “Kawasan ini harus menjadi contoh sinergi antara ekologi dan ekonomi. Kita perlu membuktikan bahwa pembangunan bisa berjalan tanpa merusak alam,” ujarnya.

FGD ini juga menyoroti contoh konkret dari pengembangan ekowisata berkelanjutan melalui proyek EIGER Adventure Land di Megamendung yang diinisiasi PT Perkebunan Nusantara (PTPN) bersama sektor swasta. Proyek ini mengusung prinsip keberlanjutan global 5P (People, Planet, Prosperity, Peace, Partnership) dan 7E (Ekologi, Etnologi, Ekonomi, Edukasi, Estetika, Etika, Entertainment).

1. Ekowisata berbasis konservasi jadi model pembangunan masa depan puncak

IDN Times/Istimewa

Melalui program “One Ticket One Tree”, EIGER Adventure Land menargetkan penanaman satu juta pohon, serta membangun sumur resapan dan kolam retensi untuk menjaga daya serap air di hulu DAS Ciliwung. Sejak 2021, lebih dari 96.000 pohon telah ditanam sebagai komitmen rehabilitasi vegetasi. Selain itu, EIGER Adventure Land bersama pemerintah memulihkan ekosistem Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan mengembalikan aset negara yang telah lama dikuasai secara ilegal sejak 1998.

Upaya ini tidak hanya memperkuat konservasi, tetapi juga mengembalikan fungsi ekologis kawasan hulu yang menjadi sumber kehidupan jutaan masyarakat.

2. Ekonomi lokal tumbuh, masyarakat jadi bagian dari pengelolaan

IDN Times/Istimewa

EIGER Adventure Land dipandang sebagai destinasi ekowisata yang memberikan dampak sosial-ekonomi signifikan. Proyek ini membuka lebih dari 400 lapangan kerja pada tahap pembangunan dan diperkirakan menyerap hingga 1.200 tenaga kerja saat operasional penuh.

Selain itu, pelaku UMKM lokal diberdayakan melalui kolaborasi usaha, dan budaya Sunda dilestarikan melalui jalur wisata edukatif serta pusat kebudayaan. Konsep ini membuktikan bahwa pelestarian alam dapat berjalan beriringan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

3. Perlunya kepastian hukum dan tata kelola yang sinkron

IDN Times/Istimewa

Dalam sesi hukum lingkungan, para pakar menyoroti pencabutan izin beberapa pelaku usaha di Kawasan Puncak, termasuk proyek ekowisata berbasis konservasi, yang dinilai belum sesuai dengan ketentuan Pasal 48 Permen LHK 14/2024 dan UU 30/2014. Para ahli menyatakan bahwa langkah yang lebih solutif adalah penerapan Corrective Action Plan atau rencana aksi perbaikan, bukan pencabutan izin selama tidak ditemukan pelanggaran berat terhadap lingkungan.

Para peserta FGD merekomendasikan perlunya harmonisasi kebijakan antara status Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dengan tata ruang dan perizinan daerah agar memberi kepastian hukum bagi pelaku usaha berorientasi konservasi. Regulasi berbasis kinerja lingkungan juga diperlukan untuk mendukung investasi yang terbukti menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi.

Editorial Team