Industri rokok kini juga memperkenalkan rokok elektronik dengan dalih bebas asap dan sebagai produk baru yang dapat memberhentikan perokok konvensional.
Fasilitator Fakota Jordan Vegard mengungkapkan, berdasarkan penelitian kandungan bahan kimia dalam rokok elektrik mengandung nikotin dan bahkan lebih berbahaya dibandingkan rokok konvensional.
"Kami di Ambon, resah juga melihat teman-teman kami yang merokok biasa dengan juga nge-vape. Karna dorang so anggap biasa (karena dianggap biasa) itu. Mungkin juga karena mereka yang mau merokok itu mudah sekali beli rokok (rokok konvensional & vape). Jadi akhirnya banyak yang merokok,” ucapnya.
Aktivis lingkungan Sarah Rauzana Putri menambahkan, satu batang rokok menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan dan merusak ekosistem.
Semua proses pembuatan rokok konvensional, mulai dari pembudidayaan, produksi, distribusi, dan limbah produk tembakau berkontribusi terhadap perubahan iklim dan mengurangi ketahanan iklim, dengan membuang-buang sumber daya dan merusak ekosistem.
Untuk itu, komitmen pemerintah melalui kebijakan terkait sampah produk rokok yang ditimbulkan sangat penting.
“Rokok elektronik bukanlah solusi, melainkan menambah masalah baru dari segi lingkungan. Sisa konsumsi atau sampah rokok elektronik, harus dikelola secara spesifik sebagai sampah elektronik," katanya.
"Industri rokok harus bertanggung jawab untuk mengelola sampah produk mereka (Extended Producer Responsibility), tetapi sampai sekarang belum ada bentuk tanggung jawab yang konkret dari industri rokok," imbuhnya.