Ilustrasi anggaran (ladypinem.com)
Potensi bencana alam yang terjadi di Tanah Air dinilai cukup besar terjadi. Banyak faktor yang membuat potensi bencana alam ini terjadi. Mulai dari geografis Indonesia yang berada di wilayah Ring of Fire atau cincin api, hingga kerusakan alam yang bisa mengakibatkan bencana alam.
Kesiapsiagaan bencana ini sebenarnya telah dilakukan pemerintah mulai pusat, provinsi, hingga daerah. Bahkan, lembaga kebencanaan dan para peneliti di Indonesia pun telah melakukan kajian. Namun, tidak sedikit dari para peneliti ini yang kesulitan terhadap minimnya pendanaan pemerintah untuk mengkaji secara detail dampak dari bencana tersebut.
Wakil Ketua Tenaga Ahli Penelitian Kebencanaan ITERA bersama BPBD Provinsi Lampung, Zulkifar mengakui, apa yang sudah diberikan dari hasil penelitian dan dilanjutkan oleh BPBD sudah berjalan meskipun belum sempurna. Hal itu, karena masih terbatasnya anggaran serta keinginan politik di daerah.
“Jadi apa yang kami sarankan seringkali ingin dilakukan tapi karena kekurangan dana akhirnya tidak terlaksana secara maksimal. Tapi beberapa kabupaten yang awalnya belum memiliki desa tangguh bencana saat ini sudah dibentuk jadi ya ada kemajuan lah,” ujarnya.
Zulfikar menambahkan, pemerintah daerah lebih baik mencegah daripada mengobati sebab itu sangat penting. Sehingga lebih baik mengeluarkan uang yang mungkin lebih besar sekarang daripada nanti menunggu ada kejadian baru digelontorkan dananya.
“Artinya teman-teman BPBD menurut kami juga membutuhkan beberapa bantuan tambahan dana untuk melaksanakan programnya dengan lebih baik,”terangnya.
Lebih lanjut disampaikannya, pemerintah juga perlu mengadakan integrasi. itu lantaran, risiko penelitian yang dilakukan 2019 bisa tidak sesuai dengan perencanaan wilayah yang sudah dilakukan tahun sebelumnya.
“Nah bisa jadi perencanaan wilayah ini gak sinkron dengan bencana. Misal kami bilang di daerah tersebut berisiko tinggi untuk gempa bumi dan longsor jadi jangan bikin rumah di sana tapi ternyata udah terlanjur ada yang bikin di sana karena dulunya belum ada pemikiran untuk pembangunan berbasis bencana alam,” jelasnya.
Zulfikar menjelaskan, seringkali sosialisasi ke masyarakat juga masih kurang sebab dana dari pemerintah untuk sosialisasi tersebut memang tidak banyak. Namun menurutnya, dari ITERA memiliki tenaga yang cukup banyak bisa diajak untuk kerja sama dalam rangka untuk menyosialisasikan dalam pembangunan dan pencegahan terhadap efek atau dampak bencana.
“Artinya ketika bencana terjadi di Lampung kita sudah siap apa yang harus dilakukan. Kemudian tidak panik dan bingung apa yang harus dikerjakan,” tandasnya.
Tidak hanya Lampung, minimnya anggaran penanggulangan bencana juga dirasakan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung. Pada 2021 kali ini, anggaran penanggulangan bencana hanya disiapkan sebesar Rp200 juta.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung, Dadang Iriana mengakui bahwa anggaran penanganan dan mitigasi bencana Kota Bandung hanya dianggarkan sebesar Rp200 juta. Hal ini disebabkan adanya refocusing anggaran dalam penanganan COVID-19 yang belum juga menurun.
"Anggaran untuk penanganan bencana di kota Bandung masih minim, hanya Rp200 juta. Masih fokus kepada penanganan prabencana dan tanggap darurat saja," ungkapnya.
Sementara itu, meskipun tidak merinci secara detail anggaran mitigasi bencana Kota Balikpapan pada 2021, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Balikpapan, Suseno menyebut, anggaran untuk keadaan darurat maupun rehabilitasi bisa mencapai Rp20 miliar.
"Kan ada yang untuk belanja langsung maupun tidak langsung. Kalau total termasuk gaji pegawai sekira Rp 20 miliar. Kita ada kira-kira 300 petugas," terang Suseno.
Anggaran mitigasi ini pun, lanjutnya, sebenarnya tak hanya terpusat di BPBD. Karena ada pengurusan perizinan ataupun pembahasan AMDAL, dan ini bagian dari mitigasi.
"Jadi kan biaya tak hanya di BPBD. Termasuk juga penanganan drainase maupun pembersihan parit yang anggarannya ada di Dinas Pekerjaan Umum (PU). Ini kan juga bagian dari mitigasi, pencegahan," Suseno memaparkan.
Selain itu Suseno juga menjelaskan setelah pandemik COVID-19, banyak anggaran direfocusing, termasuk anggaran mitigasi. "Jadi tentu berkurang anggarannya," katanya.
Tim penulis : Debbie Sutrisno, Azzis Zilkhairil, Fatmawati, Muhammad Saifullah, Silviana, Ardiansyah Fajar, Anggun Puspitoningrum,Ni Ketut Wira Sanjiwani,Siti Umaiyah,Yuda Almerio Lebang, Fariz Fardianto, Sahrul Ramadan.