Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Buku Fisik dan Digital (Pexels/Perfecto Capucine)

Bandung, IDN Times - Indonesia tengah menghadapi ancaman kekurangan talenta digital yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi di masa depan. Pada era digital yang semakin maju, kebutuhan akan tenaga kerja yang terampil dalam bidang teknologi semakin mendesak.

Namun, ketidaksesuaian antara kurikulum pendidikan dan kebutuhan industri menyebabkan banyak lulusan sarjana di Indonesia belum siap kerja.

Laporan dari Asian Development Bank (ADB) dan LinkedIn mengungkapkan bahwa tingkat perekrutan talenta digital di Indonesia meningkat rata-rata 9 persen per tahun antara Januari 2017 hingga Februari 2022.

Sayangnya, jumlah lulusan di bidang ini masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan industri yang terus berkembang.

Jika tidak segera ditangani, kekurangan talenta digital dapat menghambat ambisi Indonesia untuk menjadi pusat ekonomi digital di Asia. Dibutuhkan langkah konkret dan kolaborasi antara pemerintah, institusi pendidikan, dan sektor swasta untuk mengatasi kesenjangan ini.

Salah satu solusi yang muncul adalah melalui pendidikan yang lebih adaptif dan sesuai dengan kebutuhan pasar kerja, seperti yang ditawarkan oleh Maxy Academy.

1. Kesenjangan antara pendidikan dan kebutuhan industri

ilustrasi karyawan menghadap atasan (pexels.com/Ron Lach)

Indonesia menghadapi masalah serius dalam pemenuhan kebutuhan talenta digital. Lebih dari 70 persen lulusan sarjana di Indonesia kesulitan beradaptasi dengan tugas di dunia usaha dan industri.

Angka ini menunjukkan kesenjangan yang signifikan antara kurikulum pendidikan dan kebutuhan pasar kerja, sehingga banyak lulusan yang belum siap untuk langsung bekerja.

Selain itu, perguruan tinggi di Indonesia hanya mampu menghasilkan sekitar 100 ribu hingga 200 ribu talenta digital per tahun, sementara kebutuhan industri mencapai 600 ribu per tahun hingga 2030.

2. Maxy Academy mencoba jawab tantangan kebutuhan talenta digital

Indonesia Berpotensi Kekurangan Talenta Digital (IDN Times/istimewa)

Sebagai jawaban atas tantangan tersebut, Maxy Academy menangkap peluang untuk hadir dengan pendekatan pelatihan keterampilan digital yang relevan dengan kebutuhan industri.

Kurikulum di Maxy Academy dirancang sesuai dengan permintaan pasar kerja, sehingga para peserta dibekali dengan keterampilan yang dapat langsung diterapkan dalam dunia profesional, seperti digital marketing, UI/UX design, dan software development.

Andy Febrico Bintoro, CTO dan Co-Founder Maxy Academy, menjelaskan bahwa mereka menggunakan ekosistem belajar berbasis kecerdasan buata (AI) yang memberikan pengalaman belajar yang personal dan adaptif.

“Melalui Maxy Academy, kami ingin melatih mahasiswa agar bisa familiar dengan lanskap teknologi dan AI yang terus berkembang,” ujar Andy dalam siaran pers yang diterima IDN Times, Senin (24/2/2025).

3. Membangun ekosistem digital untuk talenta masa depan

ilustrasi karyawan semangat kerja (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Maxy Academy tidak hanya fokus pada keterampilan teknis seperti data science, machine learning, dan digital marketing, tetapi juga mengembangkan soft skills yang sangat dibutuhkan di dunia kerja.

Selain itu, komunitas Connecting Maxians dan inisiatif seperti Impact National Hackathon menjadi wadah bagi talenta muda untuk berinovasi dalam ekosistem digital.

Menurut Andy, jika Indonesia berhasil menutup kesenjangan keterampilan digital dan memenuhi kebutuhan industri, potensi ekonomi digital negara ini akan melesat jauh. Dengan populasi produktif yang besar dan ekosistem teknologi yang berkembang pesat, Indonesia berpotensi menjadi pusat talenta digital di Asia dan bersaing dengan negara-negara seperti China, India, dan Korea Selatan.

“Maxy Academy percaya bahwa dengan pemanfaatan teknologi AI dalam pendidikan, kita dapat mempercepat pengembangan sumber daya manusia yang siap bersaing di tingkat global dan turut serta dalam membangun ekonomi digital Indonesia,” kata Andy.

Editorial Team