Cabai rawit setan yang dijual di Pasar Peterongan Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)
Kenaikan harga cabai rawit merah menjadi sinyal tekanan inflasi pangan di Kabupaten Cirebon. Cabai merupakan salah satu komoditas yang memiliki bobot signifikan dalam pembentukan inflasi, terutama pada kelompok bahan makanan.
Jika harga bertahan tinggi hingga akhir Desember, dikhawatirkan akan memberikan kontribusi besar terhadap inflasi bulanan. Kondisi ini menjadi tantangan bagi pemerintah daerah dalam menjaga stabilitas harga di tengah meningkatnya kebutuhan masyarakat selama musim liburan.
Pemerintah daerah diharapkan memperkuat langkah pengendalian harga, mulai dari pemantauan distribusi, koordinasi antarwilayah, hingga operasi pasar bila diperlukan. Tanpa intervensi yang efektif, lonjakan harga cabai rawit merah berpotensi memperlebar tekanan biaya hidup masyarakat berpenghasilan rendah.
Sejumlah pedagang memperkirakan harga cabai rawit merah akan mulai melandai setelah libur Nataru berakhir, seiring membaiknya pasokan dan menurunnya permintaan. Namun, normalisasi harga sangat bergantung pada kondisi cuaca dan kelancaran distribusi dari sentra produksi.
"Minimal ada solusi dari pemerintah. Cabai domba kan banyak peminatnya juga," ujarnya.
Masyarakat berharap fluktuasi harga pangan tidak terus berulang setiap momentum besar tahunan. Stabilitas harga cabai menjadi cermin penting efektivitas pengelolaan sektor pangan, sekaligus ujian ketahanan ekonomi daerah di tengah dinamika iklim dan konsumsi musiman.