Hanya Ada 28,9 Persen CEO perempuan di Indonesia

Bandung, IDN Times - Dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional 2025, Grant Thornton Indonesia kembali merilis laporan tahunan Women in Business, di mana mengulas perkembangan para perempuan dalam menempati level manajemen senior perusahaan secara global.
Mereka mengusung tema Impacting the Missed Generation, yang menyoroti pentingnya tindakan nyata dari perusahaan agar kesetaraan gender dapat terwujud lebih cepat.
Dalam 21 tahun terakhir, Grant Thornton telah memantau proporsi perempuan di posisi level manajemen senior. Meskipun jumlah perempuan di posisi kepemimpinan terus meningkat, laju pertumbuhannya masih sangat lambat.
Jika tren ini berlanjut, laporan menyebutkan seorang perempuan di permulaan kariernya harus menunggu selama 25 tahun hingga kesetaraan gender di jajaran manajemen senior terwujud.
"Perusahaan tidak bisa hanya menunggu perubahan terjadi secara alami. Dibutuhkan langkah-langkah nyata agar perempuan memiliki kesempatan yang setara untuk berkembang dan memimpin."
"Kita tidak boleh kehilangan satu generasi lagi dalam mencapai kesetaraan gender di tempat kerja”, ujar Johanna Gani, CEO Grant Thornton Indonesia, dalam siaran pers yang diterima IDN Times, Sabtu (8/3/2025).
1. CHRO jadi posisi dengan keterwakilan perempuan tertinggi
Laporan Women in Business 2025 menunjukkan bahwa secara global, perempuan masih lebih banyak menduduki posisi kepemimpinan di bidang sumber daya manusia dan keuangan.
Chief Human Resources Officer (CHRO) menjadi posisi dengan keterwakilan perempuan tertinggi, mencapai 47,6 persen; diikuti oleh Chief Financial Officer (CFO) sebesar 44,6 persen; dan Chief Marketing Officer (CMO) sebesar 33,3 persen.
Namun, jumlah perempuan yang menempati posisi tertinggi sebagai CEO masih tertinggal. Saat ini, hanya 21,7 persen perusahaan menengah yang dipimpin oleh perempuan.
Meskipun angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 2,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah tersebut masih lebih rendah dari capaian tertinggi yang pernah dicatat pada tahun 2023, yaitu 28,4 persen.
Hal ini menegaskan bahwa masih ada tantangan besar secara global dalam memastikan lebih banyak perempuan dapat mencapai posisi kepemimpinan tertinggi di perusahaan.