Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ruas Jalan Soekarno Hatta Kota Bandung direndam banjir pada Senin (17/2). (IDN Times/Bagus F)
Ruas Jalan Soekarno Hatta Kota Bandung direndam banjir pada Senin (17/2). (IDN Times/Bagus F)

Intinya sih...

  • Infrastruktur air diakui tidak mampu menahan debit sungaiFarhan mengungkapkan bahwa derasnya aliran air dari kawasan Tangkuban Parahu hingga Manglayang membawa sedimentasi besar, yang mengendap di seluruh saluran air Kota Bandung.

  • Patroli dan pompa air jadi andalan, bukan solusi jangka panjangPemkot Bandung saat ini mengandalkan patroli 24 jam dan penyedotan air menggunakan belasan pompa yag sudah disediakan.

  • Proyek kolam retensi terkendala lahanSementara, program pembangunan kolam retensi yang seharusnya menjadi solusi utama mengatasi banjir, terhambat persoalan lahan yang dimiliki Pemkot Bandung.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times - Cuaca ekstrem dengan curah hujan intensitas sedang dan tinggi yang melanda Kota Bandung membuat sejumlah wilayah kembali tergenang banjir, longsor dan pohon tumbang. Wali Kota Bandung, M. Farhan, mengakui bahwa sistem drainase dan pengendalian air di Kota Bandung masih jauh dari kata ideal dan terus tertinggal dari intensitas hujan serta kerusakan lingkungan di kawasan hulu.

Kendati demikian, Farhan menegaskan seluruh jajaran Pemkot siaga penuh selama 24 jam untuk meminimalisir dampak bencana dan memastikan keselamatan warga dari bencana. Sebab, fenomena cuaca ekstrem terjadi serentak secara nasional dan berdampak langsung pada wilayah Bandung, terutama yang berada di sepadan sungai.

1. Infrastruktur air diakui tidak mampu menahan debit sungai

IDN Times/Humas Bandug

Farhan mengungkapkan bahwa derasnya aliran air dari kawasan Tangkuban Parahu hingga Manglayang membawa sedimentasi besar, yang mengendap di seluruh saluran air Kota Bandung. Akibatnya, tanggul jebol, kirmir rusak, hingga terjadi tanah longsor di permukiman warga.

Dia menjelaskan, sebagai antisipasi bencana, Pemkot Bandung terus berupaya memperbaiki semua berbagai sambungan saluran dan pembuangan air yang panjangnya mencapai 350 kilometer.

“Sedimentasi atau pengendapan yang terjadi di saluran pembuangan Kota Bandung cukup besar. Dengan derasnya air sungai yang turun ke Kota Bandung, mengakibatkan beberapa tanggul jebol dan longsor. Kami bersihkan satu per satu setiap hari. Akibatnya, kami kejar-kejaran dengan hujan,” ungkap Farhan.

2. Patroli dan pompa air jadi andalan, bukan solusi jangka panjang

IDN Times/Humas Bandug

Pemkot Bandung saat ini mengandalkan patroli 24 jam dan penyedotan air menggunakan belasan pompa yag sudah disediakan. Namun, pendekatan ini masih bersifat reaktif dan belum menyelesaikan akar masalah, yakni degradasi lingkungan dan ketidaktersediaan saluran air berskala besar.

“Antisipasinya adalah patroli 24 jam tanpa henti, memperbaiki semua tali-tali air, dan menambah banyak pompa di hampir semua titik perumahan, terutama di daerah Gedebage,” kata Farhan.

3. Proyek kolam retensi terkendala lahan

IDN Times/Humas Bandug

Sementara, program pembangunan kolam retensi yang seharusnya menjadi solusi utama mengatasi banjir, terhambat persoalan lahan yang dimiliki Pemkot Bandung. Farhan mengakui, sejumlah lahan yang akan digunakan untuk kolam retensi ini berada di kawasan pemukiman warga dan membutuhkan penyerahan PSU da kolaborasi dari warga.

Sehingga, proses pembangunan kolam retensi ini dinilai tidak memiliki mekanisme percepatan yang jelas dan berakibat berhenti di tataran wacana karena bertahun-tahun tak kunjung selesai.

“Kolam retensi itu problemnya adalah lahan kita sedikit sekali. PSU belum selesai karena terkunci oleh kesepakatan warga. Baru setelah kesepakatan dicapai, kita bisa bangun,” jelas Farhan.

Editorial Team