Polisi berjaga saat uji coba penerapan sistem ganjil genap di Jalan Raya Puncak, Gadog, Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (3/9/2021) (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)
Selain menghitung penurunan mobilitas lewat rasio volume kendaraan, Dishub Kota Bandung juga turut menyurvei masyarakat selaku objek pengguna jalan selama pemberlakuan ganjil genap.
Survei dilakukan terhadap pengendara mobil dan sepeda motor, lalu para ojek online, sopir angkutan penumpang dan angkutan barang, serta para wisatawan. Survei dilakukan pada kurang lebih 100 pengendara dari masing-masing lokasi pemberlakuan ganjil genap, baik di Jalan Asia Afrika maupun Jalan Ir. H. Djuanda.
Di Jalan Asia Afrika, persentase terbesar jawaban responden memilih kebijakan pemberlakuan ganjil genap di waktu tertentu sebanyak 38 persen. Sebanyak 32 persen sepakat dengan penutupan jalan di waktu tertentu, dan 30 persen sisanya lebih memilih penyekatan dengan pemeriksaan dokumen.
Untuk Jalan Ir. H. Djuanda, sebanyak 58 persen responden juga sepakat dengan pemberlakuan ganjil genap di waktu tertentu. Dan 16 persen di antaranya memilih penyekatan dengan pemeriksaan dokumen. Sedangkan 14 persen responden setuju penutupan jalan di waktu tertentu dan terdapat 12 persen yang memilih penutupan ruas jalan total.
"Kalau kita simpulkan keseluruhannya bahwa memang sebanyak 48 persen memilih pemberlakuan ganjil genap. Kemudian penutupan total 6 persen, penutupan jalan di waktu tertentu 23 persen, penyekatan dengan pemeriksaan dokumen perjalanan 23 persen," katanya.