Bandung, IDN Times – Tahun 2025 adalah masa di mana kita bisa menyaksikan raksasa bernama China menguasai pasar otomotif dunia; dan para teknokrat raksasa lainnya, India, berseliweran di Sillicon Valley. Fakta tersebut menawarkan perbedaan pandangan masa kini dengan beberapa dekade lalu, bahwa bicara soal inovasi, kita tak lagi memakai kaca mata kuda untuk selalu melihat pada Amerika dan Eropa.
China dan India adalah dua negara Asia yang memiliki bonus demografi, dan telah memanfaatkannya dengan baik. Mereka adalah contoh bahwa masyarakat usia produktif yang dominan ketimbang non-produktif, bisa dimanfaatkan untuk menstimulus pertumbuhan ekonomi.
Wakil Presiden Indonesia Gibran Rakabuming Raka pun tidak mungkin tak memahami hal tersebut. Lewat video yang dia unggah lewat akun YouTube pribadinya, Gibran mengatakan jika Indonesia akan mendapatkan puncak bonus demografi pada 2030 sampai 2045 (selama 15 tahun).
“(Bonus demografi Indonesia) Sebuah kondisi yang terjadi hanya satu kali dalam sejarah peradaban sebuah bangsa. Kesempatan ini tidak akan terulang, di mana sekitar 208 juta penduduk kita akan berada di usia produktif, di mana generasi produktif, generasi muda, memiliki proporsi yang lebih besar sehingga memiliki pengaruh signifikan dalam menentukan arah kemajuan,” ujar Gibran.
Ia pun memahami jika kesempatan emas ini harus dikelola dengan baik oleh negara, lewat berbagai bentuk kolaborasi dengan anak muda Indonesia.
“Agar bukan menjadi sekadar bonus, bukan menjadi sekadar angka statistik yang fantastis, tapi justru sebagai jawaban masa depan Indonesia. Di mana faktor penentunya, ada di teman-teman semua (anak muda Indonesia),” kata Gibran, dalam video yang ditonton sebanyak 1,4 juta kali dalam 12 hari penayangannya.
Apa yang diucapkan Gibran, bertolak belakang dengan yang terjadi di lapangan. Kesadaran pemerintah akan pentingnya dukungan pada generasi muda Indonesia nyatanya belum tercermin lewat berbagai kebijakan mereka.
Film animasi lokal Jumbo, yang di-mention oleh Gibran lewat video yang sama, nyatanya sukses menjadi film animasi terlaris di Indonesia, tanpa bantuan signifikan dari pemerintah. Film yang dalam setengah bulan berhasil mengantongi tujuh juta penonton dan masuk menjadi tiga besar terlaris dalam sejarah Indonesia itu, dipandang oleh Gibran sebagai sebuah capaian yang fantastis.
Film Jumbo berhasil menorehkan sejarah baru untuk Indonesia, setelah dalam sepekan pertama penayangannya ditonton oleh sejuta penonton. Film ini bahkan menjadi film animasi panjang se-Asia Tenggara dengan penghasilan tertinggi.
Produksi dan proses kreatif dari penggarapan film Jumbo dimulai sejak 2019, buah ide dari Irfan Ramli juga Adrian Qalbi. Digarap oleh lebih dari 420 kreator dari berbagai daerah di Indonesia, film Jumbo dikembangkan dengan polesan software mutakhir sehingga mampu menciptakan teknik motion capture untuk beberapa adegan.
Tidak cuma dalam aspek visual yang maksimal, pengembangan film ini pun melibatkan nama besar di industri hiburan Tanah Air antara lain Ariel NOAH, Bunga Citra Lestari, Angga Yunanda, Cinta Laura, hingga Ariyo Wahab.
Kesuksesan film Jumbo sejatinya semakin meyakinkan berbagai pihak bahwa anak muda Indonesia memiliki kemampuan di industri kreatif khususnya film animasi. Namun, apakah pemerintah dengan serius mau memberi dukungan kepada mereka?