Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20251023-WA0016.jpg
(Tangkap layar/IDN Times)

Intinya sih...

  • Mobil pengangkut galon Aqua overload, melebihi muatan yang aman

  • Mayoritas truk pengangkut berumur tua, meningkatkan risiko kecelakaan

  • Sumber air Aqua dari bor, bukan dari mata air pegunungan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi melangsungkan inspeksi mendadak (sidak) ke pabrik air minum kemasan Aqua di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Dedi pun menemukan banyak faktamulai dari sumber air yang didapatkan hingga proses distribusi dari pabrik ke pasar.

Kegiatan Sidak ini direkam dan dijadikan konten oleh Dedi Mulyadi yang kemudian diunggah dalam akun YouTube pribadinya. Dalam video tersebut, terlihat gubernur bersama timnya langsung melihat kondisi di dalam pabrik.

Di sana, Dedi pun kemudian menanyakan beberapa hal yang selama ini menurutnya sangat mengganjal dan banyak dikeluhkan warga, salah satunya soal mobil angkutan galon dari Aqua yang kerap kali membahayakan.

Selain itu, ada beberapa fakta menarik lainnya yang ditemukan Dedi Mulyadi saat sidak ini. Berikut empat fakta pabrik Aqua di Subang menurut temuan Gubernur:

1. Mobil pengangkut galon Aqua ternyata overload

(Tangkap layar/IDN Times)

Awal masuk pabrik, Dedi Mulyadi langsung melihat truk pengangkut galon dan bertanya mengenai total beban muatan, apakah sudah sesuai dengan aturan atau tidak. Dia juga kemudian meminta Dishub untuk mengecek langsung.

Hasilnya, berdasarkan pengecekan yang dilakukan terhadap empat truk, semuanya dinyatakan overload.

"Overload kendaraannya. Bebannya. Jadi sampling empat (truk) bebannya (overload). Sini biar bapaknya tahu. Saya mah enggak mengada-ngada," ujar Dedi sambil membawa perwakilan Aqua cek langsung kondisi truk.

Dari sampel empat truk Aqua galon ini, Dedi menyimpulkan, kendaraan pengangkut produk air minum kemasan ini mayoritas sudah melebihi muatan.

"Seharusnya muatannya lima ton. Sekarang faktanya 13 ton. Berarti hampir tiga atau dua kali lipat muatannya. Jadi kalau jembatan cepat hancur, jalan cepat hancur, wajar karena bebannya tinggi," kata Dedi.

2. Mayoritas truk pengangkut berumur tua

Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi (IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Aqua sendiri menggunakan pihak ketiga dalam jasa pengangkutan galon dari pabrik ke para konsumen. Dedi pun melihat langsung truk dari pihak ketiga tersebut mayoritas sudah berumur tua.

Menurutnya, hal tersebut harus menjadi perhatian, karena ditakutkan menimbulkan kecelakaan dalam perjalanan.

"Ini mobil tahun berapa?" tanya Dedi kepada salah satu sopir, dan dijawab truk pembuatan dari 2010.

"Tahun 2010. Berarti 2010 sekarang sudah 15 tahun. Pantesan, mobilnya sudah 15 tahun, sudah tua," jelas Dedi.

3. Sumber Aqua ternyata dari air bor, bukan dari mata air pegunungan

Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi (IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Dedi pun sempat bertemu dengan beberapa petugas pabrik dan bertanya mengenai proses produksi pengambilan air yang dilakukan oleh pabrik Aqua.

Ternyata, air yang diambil bukanlah dari mata air pegunungan melainkan dari dalam tanah dengan mengebor langsung pada kedalaman tertentu.

"Airnya dari bawah tanah, bukan air permukaan. Ambil sumbernya dari dalam, dibor. Dikira oleh saya air permukaan. Air permukaan itu air sungai. Atau air dari mata air, jadi ini bukan air mata air," kata Dedi sembari mendengar penjelasan dari pegawai.

Aqua sendiri memiliki dua sumur yang berlokasi di tempat yang berbeda, salah satunya diambil dengan kedalaman 102 meter.

"Oh saya kira (diambil dari) air permukaan," ucap Dedi.

4. Warga sekitar kesulitan mendapatkan air dan juga pekerjaan

Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi (IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Setelah sidak, Dedi pun menyempatkan waktu untuk menyapa warga sekitar. Dalam momentum ini, dia kaget karena ada pernyataan yang berbeda antara pihak pabrik denga warga terutama soal pemberian akses air bersih dan juga bantuan kepada masyarakat.

Masyarakat yang ditemui Dedi Mulyadi menyampaikan, selama ini mereka tidak dapat bantuan air dari Aqua.

Bahkan, untuk kebutuhan air untuk mandi dan lainnya mereka harus membayar dari PDAM.

"Kan ini air melimpah nih dari sini (pabrik Aqua) . Ke setiap warga ada aliran airnya ke setiap rumah," tanya Dedi.

"Enggak ada. Saya sebagai RW-nya saya juga belum, enggak pernah minum dari Aqua," saut salah satu warga.

Di dalam pabrik, Dedi melihat langsung ada air sisa pembuangan yang langsung dialirkan ke sungai. Dia bertanya kepada perusahaan apakah air itu diberikan pada warga. Pihak pabrik mengklaim ada saluran pipa yang sudah diberikan ke warga.

"Ada enggak air yang dibuang tuh tadi tuh dalam pipa. Ketika air dalam pipa dibuang kemudian ada enggak air itu dikelola kemudian dimasukin ke tiap rumah. Untuk orang sini, dapat air dari mana?" tanya Dedi, sembari dibalas sautan warga, air bersih yang digunakan dari membeli.

"Bukan air dari sumbangsih perusahaan ini? yang diomongin sama sekarang beda sih," tanya Dedi lagi.

Editorial Team