Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Embung Wanayasa Surut, Petani di Cirebon Nganggur Tanam Padi

Embung Wanayasa di Kecamatan Beber, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mengalami penyusutan air signifikan akibat kemarau panjang yang melanda wilayah tersebut.  (IDN Times/Hakim Baihaqi)
Embung Wanayasa di Kecamatan Beber, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mengalami penyusutan air signifikan akibat kemarau panjang yang melanda wilayah tersebut. (IDN Times/Hakim Baihaqi)

Cirebon, IDN Times - Embung Wanayasa di Kecamatan Beber, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mengalami penyusutan air signifikan akibat kemarau panjang yang melanda wilayah tersebut.

Kondisi ini telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan petani lokal yang kini terpaksa menunda musim tanam akibat ketiadaan pasokan air memadai.

Embung Wanayasa yang selama ini menjadi sumber utama irigasi bagi lahan pertanian di Kecamatan Beber dan sekitarnya, kini hanya menyisakan sedikit air di dasar embung.

1. Petani lebih memilih menunggu air

Kondisi Setu Patok di Kabupaten Cirebon (IDN Times/Hakim Baihaqi)
Kondisi Setu Patok di Kabupaten Cirebon (IDN Times/Hakim Baihaqi)

Hasil pengamatan di lapangan, Senin (26/8/2024), penurunan drastis debit air ini telah terjadi dalam beberapa bulan terakhir, seiring dengan intensitas hujan yang semakin menurun dan meningkatnya suhu udara.

"Biasanya, embung ini mampu menampung air untuk kebutuhan irigasi sawah dan kebun kami selama musim tanam. Namun, saat ini airnya sudah hampir habis. Kami khawatir tidak bisa menanam apa-apa kalau kondisinya terus seperti ini," ujar Tardi (45), seorang petani padi di Desa Wanayasa.

Dampak dari surutnya air di embung ini sangat dirasakan oleh para petani. Mayoritas dari mereka kini memilih untuk menunda proses tanam hingga kondisi air membaik.

Penundaan tanam ini diperkirakan akan berdampak pada jadwal panen yang mundur serta potensi menurunnya produktivitas pertanian di wilayah tersebut.

"Sekarang ini kami hanya bisa menunggu. Kalau dipaksakan tanam, hasilnya pasti tidak maksimal karena air tidak cukup. Lebih baik kami tunda daripada rugi besar," tambah Tardi.

2. Kekeringan di Kabupaten Cirebon Memprihantikan

Setu Patok di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (IDN Times/Hakim Baihaqi)
Setu Patok di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (IDN Times/Hakim Baihaqi)

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, Alex Suheriyawan mengatakan, pihaknya telah berupaya mencari solusi, termasuk menggalakkan penggunaan teknologi pertanian yang lebih hemat air dan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk pendistribusian air secara lebih merata.

“Kami terus memantau situasi di lapangan dan berkoordinasi dengan pemerintah provinsi serta pusat untuk mencari solusi jangka pendek dan panjang. Namun, kita juga harus realistis dengan kondisi cuaca yang tidak menentu ini,” kata Alex

Kemarau panjang yang terjadi di wilayah Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Cirebon, ini diperkirakan masih akan berlangsung hingga beberapa bulan ke depan.

Kondisi ini tidak hanya memengaruhi sektor pertanian, tetapi juga kehidupan sehari-hari masyarakat yang bergantung pada sumber air dari embung.

Dengan kondisi ini, diharapkan para petani dan masyarakat setempat dapat mengatur strategi bertani yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim.

Pemerintah daerah pun diharapkan segera turun tangan untuk memberikan bantuan dan solusi yang konkrit agar dampak dari kemarau panjang ini bisa diminimalisir.

3. Separuh wilayah terdampak bencana kemarau

ilustrasi kemarau (unsplash.com/Fiona Smallwood)
ilustrasi kemarau (unsplash.com/Fiona Smallwood)

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon mencatat, sebanyak 21 kecamatan di wilayah Kabupaten Cirebon dilanda kekeringan pada musim kemarau 2024 ini.

Menyitir data BPBD puluhan kecamatan itu adalah, Gegesik, Klangenan, Talun, Tengah Tani, Suranenggala, Sedong, Panguragan, Mundu, Palimanan, Ciwaringin, Susukan Karangwareng, Dukupuntang, Kapetakan, Gempol, Waled, Sumber, Ciledug, Beber, Kaliwedi, dan Gunungjati. 

Sub Koordinator Kebencanaan BPBD Kabupaten Cirebon, Juwanda mengatakan, dari 21 kecamatan, ada tiga kecamatan yang merupakan wilayah dengan potensi mengalami kekeringan paling tinggi.

"Tiga kecamatan itu adalah Gegesik, Gempol, dan Sedong. Untuk Gegesik ada di Desa Sibubut, Gempol di Desa Cupang, dan Sedong di Desa Winduhaji," kata Juwanda.

Puncak usim kemarau yang terjadi di Kabupaten Cirebon diprediksi terjadi pada Agustus ini. Hal tersebut pun berdasarkan prakiraan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Beberapa bulan lalu, pemerintah daerah sudah mengeluarkan surat edaran terkait kesiapsiagaan masyarakat terhadap ancaman bencana kekeringan, kekurangan air bersih, serta kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Share
Topics
Editorial Team
Yogi Pasha
EditorYogi Pasha
Follow Us