Lebih lanjut, Imron menyoroti karakteristik sekolah swasta yang dinilai cukup bervariasi. Banyak sekolah swasta, menurutnya, dikelola oleh yayasan atau lembaga independen yang memiliki sumber pendanaan tersendiri.
Hal ini berbeda dengan sekolah negeri yang bergantung penuh pada anggaran negara atau daerah.
"Perlu dilakukan kajian mendalam. Tidak semua sekolah swasta berada dalam kondisi ekonomi yang sama. Ada yang memerlukan bantuan, tapi ada juga yang sudah mapan dan mampu mengelola keuangannya sendiri," ujarnya.
Menurut Imron, penyamarataan perlakuan antara sekolah negeri dan swasta dalam hal pembiayaan pendidikan perlu disikapi secara bijak.
Ia menekankan, semangat utama dari kebijakan pendidikan gratis adalah mencegah anak-anak putus sekolah karena persoalan ekonomi, bukan menghapus peran lembaga swasta dalam mendanai sekolahnya sendiri.
"Pendidikan itu investasi masa depan. Tapi kebijakan pendanaannya harus realistis dan mempertimbangkan semua pihak, agar jangan sampai justru merusak sistem yang sudah berjalan," ujar Imron.
Ia pun menyarankan agar keterlibatan pemerintah pusat dalam pembiayaan pendidikan lebih dioptimalkan, misalnya melalui perluasan skema Dana Alokasi Khusus (DAK) atau Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang bisa mencakup sekolah swasta yang membutuhkan.