Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20250708-WA0008.jpg
Kepala Disdik Jabar, Purwanto (IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Intinya sih...

  • Pemerintah Provinsi Jawa Barat dituding mengurangi minat calon siswa SMA dan SMK swasta dalam proses Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) tahun 2025.

  • Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat membuka data calon siswa berdasarkan lulusan sekolah SMP, di mana masih banyak calon siswa-siswi yang bisa masuk ke sekolah swasta.

  • Sekolah swasta masih bisa menyerap siswa yang tidak tertampung di sekolah negeri, namun penambahan rombel juga turut membuat sekolah swasta sepi peminat.

Bandung, IDN Times - Pemerintah Provinsi Jawa Barat dituding telah mengurangi minat calon siswa SMA dan SMK swasta dalam proses Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) tahun 2025. Hal itu ditenggarai oleh munculnya peraturan gubernur penambahan rombongan belajar (rombel) dalam satu kelas menjadi 50 orang.

Adapun peraturan ini tertuang dalam Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor: 463.1/Kep.323-Disdik/2025 tentang Petunjuk Teknis Pencegahan Anak Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Menengah di Provinsi Jawa Barat.

Menanggapi tudingan itu, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat membuka data calon siswa berdasarkan lulusan sekolah SMP, di mana masih banyak calon siswa-siswi yang bisa masuk ke sekolah swasta. Selain itu penambahan rombel juga hanya untuk beberapa sekolah tertentu, tidak berlaku untuk seluruh sekolah negeri.

"Sekolah swasta kan masih mempunyai kesempatan banyak. Dari lulusan kita sekitar 700 ribuan, itu masih ada sekitar 400 ribuan anak yang tidak tertampung di negeri dengan penambahan rombel ini, dengan penambahan kuota ini," ujar Kepala Disdik Jabar, Purwanto, Selasa (8/7/2025).

1. Bantah tutup minat ke sekolah swasta

Kepala Disdik Jabar, Purwanto (IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Dengan masih banyaknya siswa yang tidak tertampung di sekolah negeri dan penambahan rombel, SMA dan SMK swasta masih bisa menyerap sisanya. Artinya, Pemerintah Provinsi Jawa Barat tidak menutup adanya serapan calon siswa ke sekolah swasta.

"Nah itu artinya apa, masih bisa masuk ke sekolah swasta sama sekolah di bawah naungan kementerian agama gitu," ucapnya.

Di sisi lain, penambahan rombel selain diterapkan di sekolah tertentu, siswa-siswinya juga khusus yang masuk kategori miskin. Nantinya tetap diberikan pilihan apakah masuk ke sekolah negeri dengan ditambah rombel atau ke swasta dengan dibiayai pemerintah provinsi.

"Tidak (menutup sekolah swasta), sekolah swasta ya itu pilihan masyarakat saja. Sekarang mau masuk sekolah swasta ya silakan. Anak miskin masuk swasta silakan, tapi dengan perjanjian, silakan," katanya.

2. Sekolah negeri di lokasi kemiskinan ekstrem boleh tambah rombel

Suasana SPMB SMKN 1 Bandung (IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Dengan kondisi tersebut, Purwanto menegaskan, Disdik Provinsi Jawa Barat tetap menerapkan penambahan rombel pada tahun ajaran baru ini. Dia membantah penambahan rombel bisa membuat minat ke sekolah swasta sepi pendaftar.

"(Lanjut) Karena sudah berjalan juga ini dan masyarakat juga memanfaatkan ini. Penambahan rombel ini yang jelas di sekolah-sekolah negeri itu diperbolehkan untuk membuka kelas sebanyak-banyaknya 50 orang," kata Purwanto.

"Kalau memang arus umurnya tinggi dan potensi kemiskinannya tinggi, dan 50 orang itu bukan angka mati, jadi dia bisa 37, bisa 48, bisa 45, itu maksimal. Dan itu disesuaikan dengan kondisi sekolah," tuturnya.

2. Ruang kelas baru bakal bertambah

SPMB di SMAN 3 Bandung (IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Lebih lanjut, Purwanto menuturkan, dengan adanya penambahan rombel ini Pemprov Jabar juga tengah membangun ruang kelas baru untuk dapat menampung para siswa. Namun, untuk saat ini penambahan rombel mengikuti kemampuan dari sekolah itu sendiri.

"Kan ukuran kelas SMA itu 8x9 meter, ya kita di situ. Tapi kan ada juga yang di bawah itu, kelas itu menyesuaikan saja kepala sekolah yang lebih tahu ya. Ini kira-kira memungkinkan tidak untuk 50 orang anak, kan sekolah yang tahu," katanya.

Jika nantinya ruang kelas baru sudah ada, maka setiap kelas tidak menutup kemungkinan rombelnya kembali normal ke angka 36 orang.

Sementara, Forum Kepala Sekolah Swasta (FKSS) SMA Jawa Barat menyebut sejumlah sekolah swasta di Jawa Barat sepi peminat selama SPMB 2025. Di mana ada sebanyak 216 SMA negeri di Jawa Barat yang mendapatkan kuota khusus bagi siswa yang berasal dari kecamatan yang tidak memiliki sekolah negeri.

Ketua FKSS SMA Jawa Barat, Ade D. Hendriana menyampaikan, faktor lain yang membuat sekolah swasta sepi peminat dari mulai penambahan 776 ruang kelas baru (RKB), rehabilitasi 207 ruang kelas, hingga pembangunan 16 unit sekolah baru (USB) di Jawa Barat.

Selain itu, Ade mengatakan, penambahan rombel juga turut membuat sekolah swasta sepi peminat. Dia takut kebijakan ini bakal berdampak terhadap mutu pendidikan di sekolah swasta, termasuk berpotensi terhadap tutupnya sekolah swasta karena kekurangan murid.

"Jika rencana kuota sekolah negeri ditambah menjadi 50 siswa per rombel akan berdampak pada mutu pendidikan terancam menurun, guru sertifikasi kekurangan jam dan banyak sekolah swasta yang berpotensi tutup juga berdampak pada kepada guru dan karyawan," kata Ade melalui keterangan resmi, Senin (30/6/2025).

Editorial Team