Pemprov DKI Jakarta secara simbolis memberi beasiswa bagi anak Tenaga Kesehatan yang wafatdalam penanganan COVID-19 pada Kamis (27/8/2020) (Dok Humas Pemprov DKI Jakarta)
Dihubungi terpisah, pengamat politik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Karim Suryadi mengatakan, pemilihan Anies dan Emil sebagai co-chair G20 adalah pertimbangan objektif berdasarkan kapasitas dan profesionalitas keduanya. Adapun soal kemesraan, keduanya bisa dibaca dari berbagai sisi.
"Namun jika keduanya maju, tidak ada yang salah. Kapasitas, pengalaman, dan performance keduanya bagus. Sebagai gubernur, mereka menangani urusan yang dikelola presiden meski dengan lingkup dan skala yang berbeda. Jadi, gubernur adalah tangga menuju kepresidenan yang paling masuk akal," ujar Karim.
Senada dengan Firman, Karim juga bilang bahwa persoalan keduanya dikenal bukan sebagai pimpinan partai politik. Padahal, sampai saat ini tiket capres seperti sudah "diborong" oleh ketua partai.
"Hanya ini persoalannya. Apakah kartu mati? Tidak, bahkan jika pimpinan parpol jeli, jarak yang dibangun RK dengan parpol misalnya, bisa menjadi nilai tambah dalam pandangan publik," ungkapnya.
Di tengah performance parpol yang masih turun-naik, Karim menjelaskan, penilaian terhadap keduanya yang bisa menjaga jarak proporsional dengan parpol akan menggugah simpati publik, dan kerelaan untuk mendukungnya.
"Jadi, saya melihat tidak ada persoalan dalam hal kapasitas, kapabilitas, dan keberterimaan publik. Batu ujinya ada pada parpol dalam memilih dan memajaukan kandidat. Apakah akan semata pimpinan parpol, atau memilih tokoh yang teruji demi menghadirkan pimpinan nasional yang berkualits," kata dia.