Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_20251118_152843.jpg
Korban dugaan TPPO du Kabupaten Bandung. IDN Times/Istimewa

Intinya sih...

  • Ayah korban sempat ragukan tawaran pelaku

  • Hubungi keluarga sembunyi-sembunyi

  • Keluarga sudah coba pulangkan Rizki

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times - Nasib malang dialami Rizki Nurfadilah (18 tahun), pria asal Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, yang diduga menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO). Rizki yang diiming-imingi menjadi pesepakbola di klub PSMS Medan, justru dibawa ke Kamboja.

Nenek korban, Imas Siti Rohanah, mengatakan cucunya semula mendapat tawaran seleksi pemain bola untuk klub PSMS Medan. Tawaran didapat Rizki dari kenalannya di media sosial Facebook. Niat awal dibawa ke Jakarta, Rizki justru diboyong ke Kamboja dan dijadikan pekerja paksa di sana.

"Orang tuanya bilang kalau anaknya mau ikut seleksi seleksi pemain bola untuk klub di Medan, PSMS. Katanya mau ikut seleksi ke Jakarta dulu, terus langsung ke Medan," kata Imas saat ditemui di kediamannya di Gang Asmawi, Kampung Palasari RT 02 RW 04, Kelurahan Pasawahan, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Selasa (17/11/2025).

1. Ayah korban sempat ragukan tawaran pelaku

Human Trafficking

Imas mengungkapkan, suaminya sempat meragukan tawaran yang diberikan kepada cucunya. Namun Rizki bersikukuh berangkat.

"Kakeknya sempat menanyakan nomor HP manajer atau pelatihnya tapi anaknya bilang tidak punya. Dia bilang hanya dibawa temannya, tapi nomor temannya pun tidak ada. Sudah dicegah juga oleh keluarga, tapi tetap saja mau pergi," terangnya.

Setelah berangkat ke Jakarta, pihak keluarga sempat mendapat kabar soal Rizki. Kondisinya saat itu masih sehat dan sesuai tujuan awal. Namun, pada awal November, ibu Rizki yang ada di Hongkong mendapat kabar jika anaknya sudah ada di negara Kamboja.

Rizki bukan dibawa ke Medan untuk seleksi pesepakbola, tetapi dijadikan pekerja di Kamboja.

"Dia mengabari tanggal 4 November. Dari sini, anaknya berangkat sendiri, tidak dengan teman. Dia bilang tahu informasi keberangkatan dari seseorang di sosial media Facebook, tapi orang yang mengaku manajemen itu sekarang tidak bisa dihubungi. Terakhir aktif tanggal 29 Oktober," terangnya.

2. Hubungi keluarga sembunyi-sembunyi

Human trafficking (www.icjr.or.id)

Menurutnya, Rizki sesekali masih bisa menghubungi pihak keluarga secara sembunyi-sembunyi. Selama bekerja di Kamboja, katanya, Rizki kerap mendapat perlakuan kasar.

"Dia sering mengirim WA, sering DM. Katanya kondisinya mengkhawatirkan, dia sering disiksa, disiksanya seperti disuruh push-up ratusan kali, disuruh membawa galon ke lantai 10. Dia juga diiming-imingi, katanya setelah tiga hari kerja bisa dapat iPhone," ungkapnya.

"Dia bilang kerjanya 'menipu orang-orang Cina', lewat komputer. Padahal dia tidak bisa komputer. Mungkin karena sering salah, dia dihukum lagi dan lagi," lanjutnya.

3. Keluarga sudah coba pulangkan Rizki

Human Trafficking

Setelah mendapat kabar Rizki dibawa ke Kamboja, pihak keluarga pun berupaya memulangkan ke Indonesia. Berbagai cara sudah dilakukan, seperti melapor ke polisi, pemerintah daerah, hingga ke Kedutaan Besar (KBRI), tetapi hasilnya masih nihil.

"Alhamdulillah pemerintah setempat, termasuk Pak Lurah dan Dinas Sosial, merespons dengan baik, tapi sampai sekarang belum ada perkembangan lebih lanjut. Dari KBRI diminta mengisi data, tapi setelah itu belum ada kabar," pungkasnya.

Editorial Team