Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20251124-WA0086.jpg
(IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Intinya sih...

  • Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mendorong program satu kecamatan satu lapangan bola berstandar nasional untuk meningkatkan sepak bola di Jawa Barat.

  • Pembangunan lapangan tidak perlu berlebihan, tribun dan fasilitas lainnya harus disesuaikan dengan kondisi lahan dan kebutuhan masyarakat.

  • Pemprov Jabar akan memulai pembentukan sekolah pelajar khusus sepak bola dengan rencana merekrut 36 murid dari berbagai daerah untuk mengikuti pembinaan penuh.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandung, IDN Times - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mendorong peningkatan sepak bola melalui penyediaan satu kecamatan satu lapangan berstandar nasional. Rencana ini muncul karena sepak bola Jawa Barat tertinggal jauh dari Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Dedi mengatakan, lapangan harus memenuhi standar kualitas permainan, sementara fasilitas penunjang seperti tribun dapat menyesuaikan kondisi lahan dan kebutuhan masyarakat.

"Satu kecamatan harus memiliki satu lapangan yang representatif berstandar nasional. Tribun dan fasilitas lainnya dapat disesuaikan dengan kondisi lahan. Tidak perlu terlalu mewah karena pemeliharaannya mahal dan rawan kehilangan barang. Yang penting lapangannya bisa digunakan," ujar KDM, di Bandung, Senin (24/11/2025).

1. Tidak harus tribun mewah

Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi (IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Dedi mengungkapkan, pembangunan lapangan di setiap kecamatan itu nantinya tidak perlu dibangun secara berlebihan. Musababnya, tribun megah, menurut dia justru bisa menyulitkan perawatan dan membuka risiko kerusakan fasilitas.

"Kalau tribun dan lainnya, sesuaikan dengan tanah tapi jangan terlalu mewah. Itu pemeliharaannya mahal dan barangnya nanti banyak hilang," ujarnya.

Tidak berhenti pada infrastruktur, Dedi juga menyoroti pentingnya membangun karakter dan lingkungan yang mendukung bagi para calon atlet. Ia mendorong kurikulum pembinaan khusus sepak bola.

"Yang menjadi problem itu lingkungan, diajarin ngerokok, minum, motoran, bobogohan (pacaran)," kata Dedi.

2. Sekolah sepak bola tetap harus ada

Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi (IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Dengan begitu, Pemprov Jabar akan memulai pembentukan sekolah pelajar khusus sepak bola. Di tahap pertama, 36 murid dari berbagai daerah akan direkrut untuk mengikuti pembinaan penuh.

"Mereka tetap terdaftar di sekolah, walaupun tidak masuk ke sekolah. Rencana untuk tahap awal 36 murid, satu kelas. Kurikulumnya murni, mulai tidur sampai tidur lagi, kami akan urus mulai dari makan, tidur, hingga keagamaannya," ujar Dedi.

3. Ada program liga empat yang kini tengah berjalan

Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi (IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Sementara Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Jabar Hery Antasari menjelaskan, Pemprov Jabar telah menggulirkan program Liga empat Piala Gubernur, kompetisi yang kini memasuki final seri 2 dan didanai langsung oleh pemerintah provinsi.

"Pak gubernur punya program liga empat yang dijuduli piala gubernur. Artinya ada anggaran di Liga 4. Sekarang sedang final seri dua dan nanti dilanjutkan seri satu, itu didukung langsung, ada anggarannya," kata Hery.

Tahun depan, cakupan kompetisi ini akan diperluas hingga kelompok usia dini atau usia Soeratin. Dengan begitu, ekosistem sepak bola di Jawa Barat, tetap bisa berjalan dengan maksimal.

"Tahun depan juga mudah-mudahan diketok di APBD, pak gubernur menugaskan kami untuk membuat sekolah pelajar khusus sepak bola. Kami sudah mengusulkan secara resmi dan teknokratis, tidak besar biayanya tapi sudah dilakukan di Jateng dan beberapa provinsi lain sudah punya," katanya.

"Selain akademis mereka sehari-hari sebagai pesepak bola," katanya.

Editorial Team