Dedi Mulyadi Sebut Kemacetan di Kota Bandung Terjadi karena Traffic Light

- Kemacetan di Bandung disebabkan oleh traffic light dan tempat wisata yang ramai, terutama pada akhir pekan.
- Perhitungan penempatan traffic light perlu diperbaiki untuk memperlancar arus lalu lintas di Kota Bandung.
- Solusi kemacetan adalah transportasi publik terintegrasi dengan usulan investasi hampir Rp22 triliun dari pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Bapernas.
Bandung, IDN Times - Lembaga TomTom Traffic Index belum lama ini menempatkan Bandung sebagai Kota termacet di Indonesia dengan waktu tempuh perjalanan rata-rata 15 menit per 10 kilometer. Data ini diterbitkan tepatnya pada 2024.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi turut menyoroti hasil survei itu, dan mengatakan kemacetan di Bandung biasanya terjadi pada akhir pekan, karena banyak tempat di Bandung menjadi tujuan wisata dari luar kota dan ruas jalan yang tidak bertambah.
Di sisi lain, keberadaan traffic light dianggap justru membuat jalan semaksimal macet. Padahal, pada prinsipnya, traffic light semestinya membuat lalu lintas semakin lancar dan teratur.
"Kami lagi membuat analisis tentang traffic light, karena traffic light itu justru bikin macet. Bisa enggak ke depan, traffic light itu membuat menjadi lancar," ujar Dedi, dikutip Sabtu (12/7/2025).
1. Pemprov Jabar kini tengah melakukan perhitungan

Menurut Dedi, bisa saja perhitungan penempatan traffic light di Kota Bandung ini belum tepat, sehingga harus dilakukan kajian lebih mendalam dan alanisa yang matang agar keberadaannya justru memperlancar arus jalan.
"Nah, ini kami lagi berhitung nih, biar tepat," katanya.
Berikutnya, solusi dari kemacetan adalah transportasi publik yang terintegrasi. Dedi mengungkap, Jawa Barat ini terdiri dari kabupaten/kota dan masing-masing wilayah punya keputusan sendiri-sendiri.
"Baru kali ini nih, Bupati/Wali Kota kompak, terorkestrasi dan kami sudah punya rancangan, sudah bicara dan berkirim surat ke Kemenhub. Rincian biayanya sudah disampaikan," katanya.
2. Transportasi publik harus diutamakan

Dedi berharap, usulan dari pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Bapernas untuk program transportasi publik dengan nilai investasi hampir hampir Rp22 triliun itu dapat terealisasi.
"Tetapi ini baru usulan dan baru hasil penghitungan konsultan, realisasinya ya kami tunggu pemerintah pusat, karena kan kalau menyangkut investasi dari luar itu kan harus perizinan dari Menteri Keuangan," ucapnya.
Wali Kota Bandung Muhammad Farhan mengatakan dari data yang dimiliki Pemkot, kemacetan paling parah terjadi di Jalan Soekarno Hatta. Hal ini terjadi karena menjadi pintu masuk dari arah barat, selatan, dan timur Kota Bandung.
"Macetnya dari pukul 06:00 WIB pagi sampai pukul 10:00 WIB, lalu mulai lagi dari pukul 16.00 WIB sampai pukul 20.00 WIB. Ini sudah jadi rutinitas," ujar Farhan, Sabtu (12/7/2025).
3. Wali Kota Bandung klaim kemacetan hanya di jam tertentu

Masih berdasarkan data yang sama, pola kemacetan yang berbeda di tiga titik lainnya yakni Jalan Ir H. Juanda, Sukajadi, dan Setiabudi. Ketiga jalur ke arah utara Bandung ini dinilai hanya mengalami kepadatan dari pukul 16.00-20.00 WIB, tanpa kemacetan berarti di pagi hari.
"Ini menarik, ada perilaku mobilitas warga Bandung yang khas. Tapi datanya belum lengkap, jadi kita masih banyak asumsi," katanya.
Dengan data tersebut, Farhan berharap lembaga TomTom Traffic yang menempatkan Kota Bandung di posisi pertama termacet ke 12 di dunia, bisa berkolaborasi membantu menangani persoalan kemacetan.
"Kalau bisa ketemu dengan TomTom ini, saya undang secara terbuka. Kita kerja sama antara Pemerintah Kota dengan lembaga tersebut untuk mengurangi kemacetan. Siapa tahu ini bisa jadi bagian dari sistem digital, bahkan big data dan Blockchain," ucap Farhan.