Data yang Semrawut Persulit Urusan Kemiskinan di Kota Bandung

Bandung, IDN Times - Angka penduduk miskin di Kota Bandung setiap tahunnya terus menurun, meski angkanya masih di atas 100 ribu. Pada 2021 jumlah miskin berada di angka 112,5 ribu, kemudian turun menjadi 109,82 ribu pada 2022, dan 102,80 ribu pada 2023.
Penurunan angka ini belum memuaskan Penjabat Wali Kota Bandung Bambang Tirtoyuliono. Menurutnya, penurunan angka kemiskinan bisa lebih cepat asalkan pendataan yang ada dilakukan secara tepat dan tidak tersebar.
Integrasi dan satu basis data menjadi salah satu kunci dalam penanggulangan kemiskinan. Dengan data yang sama maka intervensi program dalam penanggulangan kemiskinan dapat dilaksanakan secara optimal.
"Permasalahan utama kemiskinan yakni data. Data yang berbeda Itulah menjadi cikal-bakal intervensi kemiskinan kurang berjalan maksimal. Maka kita harus memastikan datanya satu," ujar Bambang dalam Rapat Koordinasi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kota Bandung, Rabu (12/6/2024).
1. Harus ada satu data yang aktual atau real time
Ia menyebut, satu data kemiskinan ini sangat penting jika bisa menampilkan data secara aktual atau real time. Terlebih Kota Bandung memiliki target untuk menurunkan angka kemiskinan ekstrem 0 persen sesuai target pemerintah pusat.
Saat ini, data kemiskinan masih menggunakan tiga basis data yang berbeda yakni Data Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE), Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dan Registrasi Sosial Ekonomi (Regsosek).