Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Dapat Kerja Makin Sulit, Sudah Kerja Malah Kena PHK

ilustrasi PHK (pexels.com/ANTONI SHKRABA production)

Bandung, IDN Times - Pencarian kerja dan pemutusan hubungan kerja saat ini menjadi persoalan rumit untuk masyarakat Indonesia. Dengan perubahan sistem bekerja khususnya keberadaan artificial intelegence (AI) makin sedikit perusahaan membuka lowongan kerja. Ini berbanding terbalik dengan makin banyaknya lulusan dari lembaga pendidikan baik setingkat SMA/SMK hingga perguruan tinggi.

Di sisi lain, pemutusan hubungan kerja (PHK) pun makin masif di berbagai daerah. PHK ini bukan hanya menyasar industri besar, tapi juga industri kecil termasuk perusahaan-perusahaan rintisan.

Sulitnya mencari kerja dirasakan Talitha (24). Wanita yang baru lulus kuliah ini masih belum mendapatkan pekerjaan formal meski sudah melamar ke sejumlah perusahaan.

"Susah emang sekarang cari kerja. Apalagi di Bandung ini ya ga banyak kaya di Jakarta kan perusahaannya," kata dia, Rabu (8/1/2025).

Dengan sulitnya mendapat pekerjaan formal, Talitha pun mencoba mencari pekerjaan informal sebagai konten kreator dari produk UMKM tas. Dia juga mengambil pekerjaan serupa di salah satu UMKM sepatu.

"Jadi sekarang ambil dua kerja, soalnya kalau cuman satu gajinya ga cukup kan kecil cuman jadi konten di medsos jualannya," kata dia.

Pekerjaan seperti ini memang bukan yang pertama baginya. Ketika masih kuliah dia harus bekerja paruh waktu sebagai konten media sosial untuk menambal kebutuhan harian kuliah. Sayangnya, kantor yang memberinya kerja kemudian harus tutup karena minimnya penjualan.

1. Makin banyak warga bekerja di sektor informal

Ilustrasi freelance (pexels.com/Ivan Samkov)

Mengutip data Badan Pusat Statisik, jumlah angkatan kerja di Kota Bandung sebenarnya mengalami kenaikan selama 2024. Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2024 sebanyak 1,345 juta orang, naik 36 ribu orang dibanding Agustus 2023. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) naik sebesar 0,96 persen poin dari 66,97 persen menjadi 67,93 persen.

Dalam data yang dipublikasikan menyebut bahwa penduduk yang bekerja sebanyak 1,254 juta orang, naik sebanyak 52,1 ribu orang dari Agustus 2023. Seluruh lapangan usaha mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja. Lapangan usaha yang mengalami peningkatan terbesar adalah lapangan usaha Industri (28,6 ribu orang).

"Sebanyak 709,4 ribu orang (56,55 persen) bekerja pada kegiatan formal, turun sebanyak 26,8 ribu orang jika dibandingkan Agustus 2023. Sementara Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2024 sebesar 7,40 persen, turun sebesar 1,43 persen poin dibandingkan dengan Agustus 2023 yang sebesar 8,83 persen," kata Kepala BPS Bandung Samiran dalam publikasi terbaru BPS.

hasil Sakernas Agustus 2024, lapangan usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah jasa yaitu sebesar 74,88 persen. Diikuti oleh lapangan usaha di sektor Industri sebesar 24,65 persen, dan pertanian sebesar 0,47 persen. Pola lapangan usaha dalam menyerap tenaga kerja ini masih sama dengan Agustus 2023.

Dibandingkan Agustus 2023, seluruh lapangan usaha mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja. Peningkatan penyerapan tenaga kerja terbesar terjadi di lapangan usaha sektor industri yaitu sebesar 28,6 ribu orang. Sedangkan peningkatan terkecil dialami sektor pertanian yaitu sebesar 0,6 ribu orang

Dari data yang dihimpun penduduk yang bekerja pada kegiatan formal sebanyak 709,4 ribu orang (56,55 persen), sedangkan yang bekerja pada kegiatan informal sebanyak 545,1 ribu orang (43,45 persen).

"Dibandingkan Agustus 2023, penduduk yang bekerja pada kegiatan formal mengalami penurunan sebesar 26,8 ribu orang, sedangkan penduduk yang bekerja pada kegiatan informal mengalami kenaikan sebesar 78,9 ribu orang," papar Samiran.

2. PHK tak akan tebang pilih, tapi semua kena tebang

Ilustrasi PHK (Dok: roklen24.cz)

Badai PHK pun saat ini masih berpotensi menerjang industri di Indonesia setelah tahun lalu jumlah pekerja yang terkena pemutusan sangat tinggi. Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker), PHK di Indonesia per Agustus 2024 mencapai 46 ribu orang. Angka tersebut mencakup seluruh PHK dalam delapan bulan pertama tahun ini, alias kumulatif dari Januari hingga Agustus.

Sektor yang paling banyak mengalami pemutusan hubungan kerja adalah industri manufaktur, khususnya di bidang tekstil, garmen, dan alas kaki. Industri pengolahan, yang meliputi sektor-sektor tersebut, menjadi yang paling banyak melakukan PHK.

Hal ini dialami Arie. Pekerja di bidang engineering tersebut harus terkena PHK setelah lebih dari setahun bekerja di perusahaan. Musababnya, perusahaan multinasional tempatnya dulu bekerja harus ada pengurangan orang, alhasil Arie menjadi salah satu karyawan yang diberhentikan.

"Saya sudah setahun tiga bulan dan permanen memang statusnya. Tapi tetap aja kena layoff juga," ungkap Arie.

Diberhentikan sejak November 2024, beruntung dia tidak lama untuk bisa mencari pekerjaan baru dengan kemampuan yang dimiliki. Tidak lebih dari dua bulan Arie pun berhasil mendapatkan pekerjaan baru sesuai dengan bidangnya.

Meski demikian, dia pun masih khawatir jika kondisi perekonomian kurang bagus bisa berdampak pada PHK selanjutnya di kantor yang baru ini.

Terkena PHK juga dialami Fitri. Perempuan yang baru menikah ini harus menganggur setelah beberapa tahun bekerja di sebuah perusahaan rintisan.

Cabut dari kantor lamanya, dia yakin bisa bekerja lama di kantor yang baru. Sayangnya, karena berbagai persoalan kantor baru tersebut tidak mempertahankannya dan Fitri pun ikut dalam gelombang PHK.

Dia coba mencari pekerjaan yang pas, tapi sampai beberapa bulan masih belum juga mendapatkannya. Alhasil sekarang dia coba bekerja sebagai freelance dengan membantu perusahaan mengadakan berbagai kegiatan.

"Kemarin sempat ada dapat dari perusahaan e-commerce gitu, eh tapi malah cancel ga tahu kenapa sama perusahaannya. Dan perusahaannya sekarang malah banyak layoff juga," ungkap Fitri.

3. Pemda perbanyak Job Fair

Ilustrasi mencari kerja (pexels.com/Alex Green)

Di tengah banyaknya kasus PHK dan minimnya lulusan sekolah hingga perguruan tinggi mendapatkan pekerjaan, pemerintah daerah termasuk di Kota Bandung ramai-ramai menggelar Job Fair 2024. Kegiatan ini membuka kesempatan bagi pencari kerja dengan menyediakan ribuan lowongan pekerjaan dari berbagai perusahaan untuk jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA/SMK, Diploma, hingga S1 dan S2.

Pj Wali Kota Bandung, A. Koswara, mengatakan, hingga tahun 2024 hampir 9.000 lowongan pekerjaan telah dibuka oleh para pengusaha di Kota Bandung. Melalui kegiatan ini, kami menargetkan agar tahun depan dapat mencapai lebih dari 10.000 kesempatan kerja.

Menurut data terbaru, tingkat kemiskinan terbuka (TPT) di Kota Bandung menurun menjadi 7,4 persen dari angka tahun 2023 yang mencapai 8,83 persen. Meski mengalami penurunan, angka tersebut masih berada di atas rata-rata Jawa Barat, yang saat ini berada di kisaran 6 persen.

Koswara menekankan pentingnya peran job fair dalam menjembatani pencari kerja dengan kebutuhan tenaga kerja. Dalam kegiatan ini, pencari kerja dapat memperoleh pemahaman komprehensif melalui aplikasi New Bimma Bandung yang telah menyediakan layanan ketenagakerjaan informasi lengkap.

“Kami berharap masyarakat Kota Bandung bisa lebih mudah mendapatkan informasi lowongan kerja serta kompetensi yang dibutuhkan oleh perusahaan,” ungkapnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yogi Pasha
Debbie sutrisno
Yogi Pasha
EditorYogi Pasha
Follow Us