Penyerangan aparat kepolisian pakai bom molotov di kawasan Tamansari Bandung dekat kampus Unisba dan Unpas. Dok tangkapan layar CCTV
Sementara itu jelang petang sang rektor mendadak mengubah pernyataannya, dari yang mulanya menganggap penembakan gas air mata sebagai hal yang wajar dalam penindakan polisi, kini justru mengutuk keras langkah aparat.
"Menyesalkan tindakan anarkis dan represif yang dilakukan oleh aparat kepolisian kepada mahasiswa, sekaligus mengutuk keras penggunaan gas air mata yang diarahkan hingga mengenai area kampus," kata Harits.
Harits juga menyampaikan, Unisba berkomitmen untuk terus mendampingi dan membantu pengobatan mahasiswa yang menjadi korban dalam insiden hingga pulih kembali. Kemudian, Unisba memohon kepada Polda Jawa Barat untuk mengamankan kampus ini menjadi kampus yang bersih dan bukan sebagai basis tindakan-tindakan anarkis.
"Kami memohon maaf kepada mahasiswa mengenai perkataan yang kurang berkenan dan rasa terima kasih kepada mahasiswa yang terus berjuang untuk menyuarakan aspirasi masyarakat," ujar Harits.
Ia menegaskan, keselamatan seluruh pihak menjadi prioritas utama. Oleh karena itu, Unisba senantiasa berkoordinasi dengan otoritas dan pihak-pihak relevan.
Sebagai wujud kepedulian kemanusiaan, Unisba juga membuka posko kesehatan yang dilengkapi tenaga medis, ambulans, serta berbagai fasilitas penunjang untuk memberikan layanan kesehatan secara cepat dan tepat.
"Unisba terus memantau situasi secara cermat agar setiap langkah yang diambil terukur, tepat, dan sesuai dengan komitmen menjaga keamanan serta ketertiban," katanya.
Harits mengatakan, Unisba juga menjalin koordinasi intensif dengan berbagai pihak guna memastikan bahwa setiap kebijakan dan tindakan selaras dengan prinsip kemanusiaan dan nilai-nilai keadaban.
"Unisba menegaskan tanggung jawab moralnya untuk menjaga keselamatan, ketertiban, serta menjunjung nilai-nilai keadaban di tengah masyarakat. Kami berharap situasi dapat segera kondusif demi kebaikan bersama," kata dia.