ilustrasi pabrik industri yang mencemari udara (pixabay.com/DragonDash)
Sebesar Rp612 miliar diinvestasikan pada sektor infrastruktur sumber daya air (SDA). Tujuannya tak lain adalah pengendalian banjir, penyediaan irigasi, dan ketersediaan air untuk pertanian.
Sejumlah proyek besar masuk dalam program ini, seperti rehabilitasi jaringan irigasi Seuseupan, pembangunan Waduk Cipanudaan, serta pengendalian banjir di DAS Cisanggarung, Cijangkelok, Cibatu, dan Cipanundaan.
Tak hanya itu, embung dan kolam retensi juga dibangun di berbagai lokasi rawan banjir seperti Windujaya, Waled Asem, Bungkolor, Cikeusal, dan Winduhaji. Infrastruktur ini akan memperkuat ketahanan air Cirebon sebagai bagian dari wilayah strategis nasional.
“Dengan infrastruktur SDA yang andal, masyarakat tak hanya terbebas dari banjir, tapi juga punya suplai air untuk musim kemarau,” ucap Budhiana.
Lima program lain yang tergolong ke dalam infrastruktur sosial atau soft infrastructure menyedot dana hampir Rp1,9 triliun. Di dalamnya terdapat proyek pengembangan kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) Cirebon, pembangunan creative center, Pusat Seni Budaya, sarana pengolahan ikan, hingga desa digital.
Pengembangan ITB Kampus Cirebon menjadi simbol transformasi wilayah dari daerah pinggiran menjadi sentra pendidikan tinggi. Kampus ini diharapkan menjadi pusat inovasi dan penggerak ekonomi baru yang bisa menyerap ribuan tenaga kerja dan meningkatkan daya saing SDM lokal.
Sementara itu, Creative Center dan Pusat Seni Budaya disiapkan untuk menghidupkan sektor ekonomi kreatif dan pelestarian budaya lokal. Desa-desa pun tidak tertinggal; proyek desa digital dirancang untuk mengurangi kesenjangan teknologi informasi dan mendukung UMKM lokal.
“Ini bukan hanya pembangunan fisik, tapi juga membentuk ekosistem yang memberdayakan masyarakat,” kata Budhiana.