Cerita Warga di Balik Peristiwa Ledakan Amunisi Kedaluwarsa di Garut

Bandung, IDN Times - Insiden ledakan amunisi kedaluwarsa di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Senin (12/5/2025) membuat 13 orang meninggal dunia. Peristiwa ini menjadi yang pertama kali terjadi dari beberapa kali peledakan sebelumnya.
Lokasi peledakan ini hanya berjarak sekitar sekitar satu kilometer dari jalan raya utama. Berdasarkan pantauan IDN Times di lokasi, jalan menuju titik peledakan masih tanah dan sedikit bebatuan, terdapat juga pertanian warga dan ada satu warung yang dekat dengan lokasi.
Berdasarkan kesaksian warga sekitar, sebelum adanya peledakan petugas sudah menutup jalan utama beberapa saat. Setelah itu, tim peledak biasanya menyalakan sirine untuk warga agar menjauh dari lokasi di beberapa titik, lalu setelahnya warga bisa beraktivitas kembali.
"Biasanya memang ada sirine agar warga menjauh, kemudian boleh mendekat lagi setelah ledakan. Kemarin itu yang pas ledakan ketiga tiba-tiba datang mobil seperti ambulans, dalam hati pasti terjadi apa-apa," kata Emak Ening, penjual di dekat lokasi, Selasa (13/5/2025).
Sementara, Dede (63 tahun) warga dari Desa Sancang yang lokasi rumahnya tidak jauh dari dari lokasi peledakan mengatakan dirinya kaget saat ledakan tersebut terjadi. Namun, suara ledakan ini bukan hal yang baru, sebab dia biasa merasakannya saat ada ledakan amunisi kedaluwarsa ini.
Bahkan, jika ledakan suaranya kencang bisa membuat kaca warga pecah. Namun, hal ini, hanya terjadi beberapa kali saja, tidak terjadi di setiap pemusnahan amunisi tidak layak tersebut.
“Saya lagi nyuci, kaget. Langsung ke depan. Kalau kencang banget, kadang sampai kaca pecah," kata dia.
Sementara, pengamat militer dari Universitas Padjadjaran Muradi turut menyoroti dua hal dalam peristiwa 13 orang meninggal dunia dalam peristiwa ini. Dia mempertanyakan, jarak peledakan amunisi ini apakah benar sudah sesuai dengan peraturan atau lazimnya seperti di beberapa negara lain.
Lokasi peledakan berjarak 30-50 kilometer dari rumah terakhir warga sekitar. Hal ini juga berkaitan dengan lokasi tempat penyimpanan atau gudang senjata.
"Harusnya normalnya itu radiusnya antara 30 sampai 50 kilometer dari rumah terakhir warga sipil. Ada radiusnya, kalau normal internasional 50 kilometer, bahkan ada beberapa negara di atas 50 kilometer. Idealnya memang 50 kilometer," ujar Muradi saat dikonfirmasi.