Penampakan amunisi kedaluwarsa di Garut. (IDN Times/Istimewa)
Selain itu, Dede sempat merasa ada perbedaan sebelum suaminya meninggal, di mana Endang Rahmat biasanya memberikan kabar melalui sambungan video call terhadap anak-anak, namun pada saat kejadian tidak ada kabar tersebut.
"Belum sempat komunikasi saat kejadian, biasanya suka telepon atau video call, ini ayah lagi ngumpet mau peledakan, kan biasa dikasih peringatan oleh petugas. Sosok suami itu multi talent banget, segala bisa, nyanyi hayu, ngaji hayu, pokonya kerja apa mau, ga pernah bilang gak bisa," katanya.
"Dia dekat banget sama anak. Malahan anak bungsu bertanya kok suara ayah gak ada hari ini, karena biasanya suka telepon anak, tidak nyangka, serasa mimpi," ujarnya.
Dalam peristiwa ini total ada 13 korban yang meninggal, di mana empat orang merupakan anggota TNI AD yaitu Kolonel Cpl Antonius Hermawan, Mayor Cpl Anda Rohanda, Kopda Eri Dwi Priambodo, Pratu April Setiawan, semuanya merupakan Tim Gupusmi 3 Jakarta.
Sementara sembilan warga sipil yang meninggal pertama yakni Rustiawan berasal dari Kampung Cimerak, Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut; korban kedua Iyus asal Kampung Cidahon, Desa Jatimulya, Kecamatan Pameungpeuk; Korban ketiga Anwar Munawar warga Kampung Cikoneng, Desa Pameungpeuk, Kecamatan Pameungpeuk.
Korban keempat yakni Endang Rahmat warga asal Kampung Ciudian, Desa Ciudian, Kecamatan Singajaya, Kabupaten Garut; korban kelima yakni Toto Hermanto warga Kampung Cimerak, Desa Sagara, Kecamatan Cibalong; selanjutnya korban atas nama Irfan Maulana warga Cimerak Desa Sagara Kecamatan Cibalong.
Korban lain yakni Agus Gustaman warga Cimerak Desa Sagara Kecamatan Cibalong; Yusrizal warga Kampung Cimerak Desa Sagara; dan Dadang Iis Kampung Sakamangan Desa Mekarwangi Kecamatan Cibalong.