ilustrasi ekspor-impor (IDN Times/Aditya Pratama)
Pemilik jenama Cikopi Mang Eko, Muchar Koswara mengatakan, berbagai yang diadakan melalui program BRI Incubator makin membuka wawasannya untuk meningkatkan penjualan khusunya untuk ekspor. Selama ini produk Muchtar lebih banyak dijual di dalam negeri. Meski permintaan dari luar banyak, tapi dia tidak punya sistem yang bisa menunjang ekspor. Bahkan pembeli dari Jerman sudah memintanya mengirim kopi sebanyak 1 ton setiap bulannya.
"Karena saya memang tidak pernah ikut-ikut kaya gini, jadi bingung memang kalau mau pengembangan. Nah sekarang ikut program BRI jadi mulai ke buka jalannya. Kaya kemarin ketemu mentor yang bisa bantu buat ekspor," ujarnya.
Untuk menuju ke sana, dia juga ingin mencari pendanaan dari investor agar bisa membeli alat baru yang harganya memang lumayan mahal. Produk lokal alat roaster berada di kisaran harga Rp30 juta hingga Rp780 juta, tergantung merek dan besaran alat.
Harga ini masih lebih rendah dibandingkan alat yang didatangkan dari luar negeri. Meski rasa tidak begitu jauh, tapi gengsi para pemain kopi tinggi sehingga menggunakan alat dari luar negeri bisa membuat kopi hasil roasting diminati lebih banyak kedai.
"Kalau bisa sih produksi tahun ini juga naik dari 1 ton per bulan jadi 1,5 ton. Inginnya sih ada investor masuk jadi bisa memenuhi permintaan yang memang banyak," ujarnya.