Bisnis Fesyen Anjlok, Desainer Giatkan Kolaborasi Demi Pemasukan

Bandung, IDN Times - Pasca pandemik COVID-19 perekonomian Indonesia masih belum pulih seutuhnya. Pengurangan anggaran di berbagai sektor baik perorangan maupun instansi memberi dampak pada industri fesyen dalam negeri.
Ketua Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Jawa Barat, Susan Zhuang mengatakan, bisnis fesyen sangat kompetitif dari waktu ke waktu, terlebih setelah pandemik COVID-19 industri kreatif fashion terus mencoba untuk bangkit dengan bertahan melakukan berbagai inovasi sehingga bisnisnya terus bertahan tak gulung tikar. Selain gempuran barang impor, faktor ekonomi juga sangat mempengaruhi daya beli masyarakat saat ini.
"Masyarakat sekarang banyak memilih barang impor yang dijual murah di media sosial dan bisa dikatakan memiliki kualitas cukup baik. Kami tidak sanggup untuk berkompetisi dengan itu," ujar Susan kepada wartawan di acara Fashion Tendance, Evolusia yang digelar oleh Universitas Maranatha bekerja sama dengan APPMI, di Bandung, Kamis (7/11/2024).
1. Gandeng banyak pihak untuk berkolaborasi
Namun, dalam kondisi ini para desainer terus berusaha untuk berkembang dan melakukan berbagai inovasi salah satunya dengan berkolaborasi bersama banyak pihak seperti universitas atau sekolah kejuruan, pemerintah, dan industri tekstil.
"Yang perlu dilakukan fashion desainer untuk bertahan salah satunya mencari peluang apa yang bisa diungguli dari negara lain," katanya.
Susan berharap, dunia fesyen Indonesia bisa kembali bangkit berkompetisi dengan Malaysia, Brunei, Thailand, bahkan Cina. Kolaborasi, menjadi penting agar bersama-sama dengan industri bisa membangun bisnis fashion dan menggerakkan ekonomi bangsa.
"Selain dengan industri, kami pun menggandeng desainer muda. Sekarang anggota APPMI Jabar sendiri ada sekitar 30 desainer dan 300-an desainer di seluruh Indonesia," katanya.