Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Permukaan Air Sungai Cibitung, Desa Mukapayung, Kecamatan Cililin, KBB yang Mengering Dimanfaatkan untuk Bertani. (Rizki/IDNTimes)

Bandung Barat, IDNTimes - Kemarau menjadi musim yang begitu dinantikan Ijip Sutaji, warga Kampung Ciririp, RT 03/01, Desa Mukapayung, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Sudah waktunya ia bercocok tanam dan mendapat cuan.

Bukan di sebuah kebun, namun di aliran Sungai Citarum di wilayahnya yang sudah mengering akibat kemarau. Airnya sudah menyusut hingga permukaannya terlihat itu dimanfaatkan pria berusia 59 tahun itu untuk bertani seperti tahun-tahun lalu.

Lahan pertanian yang digarap Ijip sekitar 1.000 meter persegi sudah terlihat rapi.
Ada sekat di antara sebaris tanah yang dibuat menggunung. Ia baru saja menanam cabai merah kriting seperti tahun-tahun sebelumnya.

"Ini dari atasnya muaranya ke Waduk Saguling, Sungai Citarum, tapi namanya Sungai Cibitung. Kalau kemarau memang suka surut airnya dan dimanfaatkan untuk bertani," tutur Ijip, belum lama ini.

1. Sudah rutin bercocok tanam

Permukaan Air Sungai Cibitung, Desa Mukapayung, Kecamatan Cililin, KBB yang Mengering Dimanfaatkan untuk Bertani. (Rizki/IDNTimes)

Ijip sudah lama memanfaatkan lahan yang secara status merupakan milik PT Indonesia Power (IP). Namun mereka tak dilarang untuk menggarap lahan itu ketika airnya sudah menyusut.

Musik kemarau tahun ini, air di saluran Sungai Citarum sudah menyusut 10-15 meter hingga airnya hanya menyisakan sekitat 2 meter saja. Seperti biasanya, Ijip dan warga lainnya langsung memanfaatkannya untuk menanam berbagai jenis sayuran yang bisa menghasilkan cuan.

"Dari kapannya udah lupa, tapi memang setiap surut pasti langsung dimanfaatkan. Biasanya nanam terong, cabai dan sayuran lainnya yang laku dijual," ujar Ijip.

2. Butuh modal belasan juta

Editorial Team

Tonton lebih seru di