Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Investor.id
Investor.id

Purwakarta, IDN Times - Ribuan unit bangunan rusak akibat gempa bumi di Kabupaten Cianjur, Senin (21/11/2022) lalu. Namun, gempa berkekuatan 5,6 magnitudo itu tidak sampai sedikitpun merusak Bendungan Djuanda di Kecamatan Jatiluhur Kabupaten Purwakarta.

Jasa Tirta II selaku pengelola waduk tersebut melakukan sejumlah pemeriksaan dampak gempa di Cianjur beberapa waktu lalu. Direktur Operasional Dan Pemeliharaan PJT II, Anton Mardiyono mengklaim kekuatan gempa tersebut masih di bawah gempa desain di Bendungan Djuanda.

“Telah dilakukan pengukuran terhadap instrumentasi keselamatan Bendungan Djuanda pasca gempa, dengan resume hasil bahwa konstruksi Bendungan Djuanda dalam keadaan aman,” kata Anton melalui bagian hubungan masyarakat perusahaan, Kamis (24/11/2022).

1. Kekuatan gempa masih di bawah gempa desain waduk

Waduk Jatiluhur (instagram.com/alivikry)

Kesimpulan itu salah satunya berdasarkan perbandingan hasil dari alat pencatat gempa (akselerograf). “Nilai puncak akselerasi gempa tersebut masih jauh di bawah gempa desain sebesar 0,15 g,” kata Anton menegaskan.

Sedangkan, Akselerograf di Puncak Bendungan menunjukkan nilai puncak akselerasi gempa pada sumbu X sebesar 0.004448 g, pada sumbu Y sebesar 0,002524 g dan pada sumbu Z sebesar -0.001576 g.

2. Kondisi waduk tidak berbeda dibandingkan sebelum gempa

Ilustrasi gempa. (IDN Times/Arief Rahmat)

Pengukuran terhadap instrumen keselamatan Bendungan Djuanda pasca gempa diklaim menunjukkan konstruksi Bendungan Djuanda dalam keadaan aman. Alasan pertama, dilihat dari Hasil pemantauan visual rembesan di V-notch menunjukkan air dalam kondisi jernih dan tidak tampak membawa material bendungan.

V-notch dipahami sebagai struktur piringan tipis yang memiliki celah berbentuk segitiga. “Debit rembesan yang terukur pada V-notch tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan hasil pengukuran sebelum gempa,” ujar Anton menjelaskan poin keduanya.

3. Masyarakat khawatir gempa bumi merusak bendungan

Ilustrasi gempa (IDN Times/Arief Rahmat)

Selanjutnya, Anton melakukan pengukuran tekanan air pori dan pengukuran instrumen geoteknik atau ring magnet dan patok geser di puncak bendungan. “(Hasilnya) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan hasil pengukuran sebelum gempa,” katanya menegaskan.

Penjelasan tersebut sekaligus menjawab pertanyaan masyarakat yang mengkhawatirkan Bendungan Djuanda tidak tahan terhadap gempa bumi. Terlebih, setelah terjadi gempa bumi di wilayah Kabupaten Cianjur.

4. Bendungan tipe urugan lebih tahan terhadap gempa bumi

Ilustrasi bendungan. Dok. Istimewa / WIjaya Karya (WIKA)

Lebih lanjut, Anton meyakini pembangunan Bendungan Djuanda sejak 1957-1967, sudah memperhatikan kondisi lingkungan di Jawa barat. Termasuk, mempertimbangkan potensi gempa bumi yang akan terjadi sewaktu-waktu pada masa mendatang.

Secara konstruksi, Anton menjelaskan tipe bendungan tersebut adalah tipe urugan. “Di mana, tipe bendungan ini memiliki salah satu kelebihan atau keunggulan desain gempa yang lebih besar, dibanding dengan tipe bendungan yang lain,” katanya meyakinkan.

Editorial Team