Bandung, IDN Times - Carbon Digital Conference Indonesia kembali dilaksanakan pada 10-11 Desember 2024 di Four Seasons, Jakarta, dengan tema Reimagining Indonesia Carbon Market: Digital Innovations For Global Integrity. Lewat gelaran ini, banyak pihak menyimpulkan Indonesia sebenarnya mempunyai kapasitas dan kemampuan yang besar dalam mengelola emisi karbon.
Acara ini sendiri diselenggarakan Indonesia Digital Carbon Association (IDCTA) bersama IETA, Jetro, PwC, serta PT Permata Karya Jasa (PERKASA) selama dua hari berturut-turut.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat nilai perdagangan karbon sebesar Rp29,21 miliar hingga 29 September 2023. Volume unit karbon yang diperdagangkan sebanyak 459.953 ton CO2 ekuivalen.
Ketua Dewan Pembina Indonesia Digital Carbon Association (IDCTA) Bambang Soesatyo mengungkapkan, hal tersebut menjadi gambaran kemampuan negara dalam mengelola emisi karbon.
“Pemerintah juga telah mengeluarkan sejumlah regulasi terkait perdagangan karbon, antara lain Perpres 08/2021 dan Peraturan OJK no 14/2023 yang mengatur perdagangan karbon melalui pasar karbon.”
"Adapun Indonesia menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 31,89 persen tanpa bantuan internasional dan 43,2 persen dengan dukungan internasional pada 2030,” tutur Bambang, pada acara Carbon Digital Conference 2024.