Bandung, IDN Times - Indonesia sudah memulai perdagangan karbon ketika Presiden Joko Widodo membuka bursa karbon pada September lalu. Bursa karbon merupakan kontribusi Indonesia dalam perjuangan melawan krisis iklim.
Tiga pasangan calon presiden dan calon wakil presiden juga memasukkan perdagangan karbon dalam visi dan misi mereka. Namun, peneliti karbon Carbonethics Ahmad Hidayat mengungkapkan, belum semua capres-cawapres memperlihatkan dukungan terhadap perdagangan karbon.
“Dari tiga calon ini, sebenarnya yang paling medukung untuk perdagangan karbon adalah Ganjar Pranowo. Karena dari visi-misi dan trajectory orang-orang di belakang tim kampanyenya memang pro terhadap perdagangan karbon.”
“Kalau Prabowo (Subianto), semua orang sudah tahu konsep nasionalisme dia. Kadang konsepnya bertabrakan dengan konsep lain, belum pas untuk dunia usaha misalnya,” kata Ahmad, dalam siaran pers yang diterima IDN Times, Rabu (17/1/2023).
Sementara Anies Baswedan, lanjut dia, belum clear menjelaskan dukungannya terhadap perdagangan karbon. “Walaupun dalam analisa dokumen visi-misinya, kita akui itu paling komprehensif dan paling pro lingkungan dibandingkan capres yang lain. Tapi, dalam analisa kita ada juga siapa orang-orang di belakangnya, karena good on papers belum tentu good in execution,” ujarnya.