Kematian bayi gajah Tari tentu menjadi duka seluruh bangsa Indonesia karena gajah merupakan salah satu keystone species alias spesies kunci yang menjaga ekosistem dan keseimbangan alam, di mana manusia ikut hidup di dalamnya.
Gajah memang dikenal sebagai arsitek sekaligus petani dalam menjaga, melestarikan, meregenerasi, sekaligus memastikan siklus nutrisi hutan.
Benih-benih tumbuhan yang ikut termakan oleh gajah akan dikeluarkan bersama feses yang selanjutnya berkembang menjadi tanaman baru. Feses ini juga bermanfaat sebagai pupuk organik. Jalur migrasi kawanan gajah pun menjadi habitat baru bagi flora dan fauna lain.
Hal tersebut tentu meningkatkan keanekaragaman hayati, sekaligus menciptakan ekosistem hutan yang lebih sehat dan seimbang.
Untuk saat ini, dilansir dari Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, populasi gajah Sumatera yang berstatus ‘critically endangered’ atau ‘sangat terancam punah’ tercatat sebanyak 1.100 ekor yang tersebar di 22 kantong habitat. Mayoritas gajah-gajah itu berada dalam lindungan kawasan konservasi maupun alam liar.
Populasi sekaligus habitat gajah sendiri menurun dalam rentang waktu tiga dekade terakhir. Pada tahun 1990-an, tercatat ada 3.700 hingga 4.300 ekor gajah yang tersebar di 44 kantong habitat.
Perambahan hutan, alih fungsi lahan, hingga perburuan liar masih menjadi momok menakutkan bagi kelestarian spesies gajah di Indonesia. Untuk menjaga keberadaan mereka, perlu adanya sinergi sehat antara pihak protokoler terkait, masyarakat umum, dan seluruh bangsa Indonesia.
Sumber:
https://tntessonilo.ksdae.kehutanan.go.id/infografis/
https://programs.wcs.org/btnbbs/Berita-Terbaru/articleType/ArticleView/articleId/10838/Mengenal-Gajah-sumatera-Elephas-Maximus-sumatranus.aspx
https://www.instagram.com/btn_tessonilo/