Puni melanjutkan, ada empat kompetensi yang diperlukan generasi millennial untuk terjun ke desa-desa terpencil dan mengembangkan pembangkit listrik sederhana di sana. Empat kompetensi tersebut bisa didapatkan oleh seorang pemuda dengan dilatih selama 40 hari oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
“Jadi tahun 2015 kami memulai program yang namanya Patriot Energi. Anak-anak millennial yang daftar mencapai 3.600 orang dan disaring menjadi 79 orang terpilih,”
Pertama, kata Puni ialah kompetensi di segi teknis mengenai pemahaman pembangkit listrik sederhana. Pembangkit listrik perlu menggunakan sumber energi terbarukan dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia di lingkungan desa.
Kedua, lanjut dia, ialah kompetensi perjuangan. Semangat berjuang demi kemajuan negara memang harus dimiliki seseorang yang berencana tinggal lama di sebuah desa terpencil. “Jadi kalian akan ditaruh di daerah timur Indonesia. Bayangkan setahun enggak ada sinyal, enggak ada listrik, enggak ada air bersih. Kalian berjuang, dan saya jamin akan sangat mencintai negeri ini,” ujarnya.
Kompetensi ketiga ialah kompetensi kerakyatan. Kompetensi ini diperlukan agar seorang millennial tak hanya menjadi sarjana profesional, melainkan juga “sarjana rakyat” yang rela berada di tengah masyarakat untuk mewakili negara.
“Dan yang terakhir adalah kompetensi keikhlasan. Kompetensi terakhir ini penting, karena dalam kehidupan yang penuh gejolak di daerah terpencil itu, kalau kamu enggak punya keikhlasan, ya ngaco,” kata Puni.